} Jangan Berkata Kasar pada Anak, dong! - Rumah Kurcaci Pos

Jangan Berkata Kasar pada Anak, dong!

Hari itu saya lagi asyik mengetik cerita anak di laptop. Tiba-tiba terdengar suara ibu, tetangga depan rumah.

Foto Bing Image Create/Desain : Canva



“Goblok.. tolol banget nih, anak!”
Suaranya kencang benar, memecahkan keheningan malam, pada saat orang lain sudah menikmato waktu istirahatnya.

“kalau ga bisa, ga usah sekolah. Di rumah saja!” terdengar suara ibu tetangga lagi dengan nada suara yang masih tinggi. 

Tidak lama terdengar suara anaknya menangis. “Aku nggak bisa. Susah pelajarannya,” keluh anak di sela isak tangisnya.

Saya hanya bisa mengeluas dada. Saya pun jadi bertanya-tanya, kenapa ya, tetangga saya bisa berkata kasar kepada anaknya? Apa dia tidak takut akan dampaknya. Selain malu kedengaran tetangga, pastinya paling berdampak kepada anak. 

Makanya tidak semua orang tua bisa menerapkan Home Education Centre kepada anak. Alasannya kemampuan mengajar orang tua kepada anak berbeda-beda. Akhirnya malah terjadi drama di rumah.

Alasan Orang Tua Berkata Kasar kepada Anak

Mungkin apa yang dialami tetangga saya itu dialami oleh orang lain. Dan beragam alasan yang menjadikan orang tua berkata kasar pada anak.




Stres dan kelelahan

Faktor stress dan kelelahan menjadi factor pertama pemicu orang tua berkata kasar pada anak. Lelah dengan urusan rumah tangga dan mungkin sedang ada masalah. Mungkin seperti apa yang dialami tetangga saya. Anaknya ada 4 orang, paling tua kelas 5 SD dan bungsu baru 2 bulan, dan kebetulan tidak ada Asisten Rumah Tangga. Sementara suaminya memang sibuk bekerja, sehingga dia merasa sendiri dalam menangani urusan anak dan rumah tangga.

Kurangnya kesabaran

Banyak pikiran, ditambah badan capek, memang mengakibatkan kesabaran berkurang. Akhirnya jadi cepat marah. Apalagi kelakuan anak-anak memang sering menguji kesabaran. Jadi saat kesabaran di ambang batas, keluarlah kata-kata kasar pada anak, Termasuk saat mengajar anak pelajaran sekolah yang sekarang menerapkan Kurikulum Merdeka ini.

Pengalaman Masa Lalu

Ini juga jadi faktor orang tua berkata kasar pada anak. Mungin waktu kecil juga mendapat ucapan atau perlakuan kasar dari orang tua, sehingga akhirnya terbawa sampai dewasa dan dilampiaskan pada anak-anaknya.

Dampak Terhadap Anak

Apapun alasannya, orang tua berkata besar kepada anak itu tidak bisa dibenarkan. Bagaimana pun juga, orang tua adalah panutan dan contoh bagi anak. Jadi orang tua harus berusaha berlaku dan bersikap yang baik terhadap anak. Karena setiap ucapan kasar orang tua, pastinya akan berdampak kepada anak-anak juga.




Luka Batin

Setiap ucapan kasar orang tua kepada anak, bisa saja menimbulkan luka batin. Bisa saja ada teman sekolahnya yang tinggal dekat rumahnya. Lalu teman sekolahnya itu cerita ke teman lainnya, bisa saja dia kena bully. Anak pun akan semakin malu.

Luka batin ini akan dibawa terus sampai anak dewasa, bahkan samapai berkeluarga dan punya anak. Nah, pola asuh ini nanti bisa dia lakukan juga terhadap anaknya.

Anak Ikut Berkata Kasar

Sudah faktanya kalau anak itu peniru ulung. Dan ini kejadian nyata saya saksikan. Suatu saat tetangga saya marah pada anakna, eh sianak balas blang mama goblok. Eh, si mama malah semain naik frekuensi. Semkain marah dan keluarlag segala kata-kata hewan kebun binatang.

Saatnya Orang Tua Mengubah Diri

Sebelum terlambat, maka kuncinya orang tua yang harus mengubah diri agar tidak berkata kasar lagi pada anak. Orang tua bisa melakukan hal-hal berikut :




Mengambil waktu untuk berpikir sebelum bereaksi

Sebelum bereaksi, hendaknya orang tua mengambil waktu dulu untuk berpikir. Hal ini akan memuat orang tua tidak langsung mengeluarkan kata-kata kasar. Tapi ada jeda tunda untuk memikirkan, apakah yang akan diucapkan ini pantas atau tidak? Melukai hati anak atau tidak?

Menggunaan bahasa yang sopan dan santun

Selanjutnya orang tua harus berusaha menggunakan Bahasa yang sopan dan santun di depan anak. Ini secara tidak langsung akan mengajaran anak-anak juga. Akhirnya anak-anak akan mengikuti dan menerapkan juga.

Meningkatkan kesabaran dan empati

Ini salah satu kuncinya agar orang tua tidak berkata kasar terhadap anak. Terus tingkatkkan kesadaran dan empati. Memang tidak bisa serta merta, tapi secara bertahap dan perlu waktu.

Jadi intinya orang tua harus senantiasa berkata sopan dan santun terhadap anak, agar anak pun mencontoh.



Subscribe to receive free email updates:

24 Responses to "Jangan Berkata Kasar pada Anak, dong!"

  1. Aku juga ngelus dada kang. Sabaaar. Bayangin kalo itu aku yang jadi anaknya. Kan jadi sedih ya. Ini kan kita nggak ngerti soal pelajaran. Ya mau gmn lagi. Eh ortunya malah kyk gt.

    Bener sih. Bisa jadi ortunya lagi stres kerjaan/ada masalah keluarga. Tapi yang pasti, biasanya sih ga punya uang sehingga stresnya dilimpahkan ke anaknya untuk mengumpat sepuasnya.

    Kita sebagai ortu jg hrs belajar sabar. Jgn sampe memarahi anak dgn keras, apalagi tanpa sebab.

    ReplyDelete
  2. ini perlu diperhatikan oleh orang tua untuk tidak membiasakan berkata kasar pada anak, soalnya benar kata pak Bambang, anak bisa meniru apa yang diucapkan ortunya, dan juga bisa berdampak buruk pada kondisi emosional anak

    ReplyDelete
  3. Jadi orang tua itu memang tidak mudah, termasuk salah satunya dalam memfilter omongan ketika kita sedang emosi. So, harus agak sering tarik-tarik napas untuk belajar lagi lebih sabar menghadapi keunikan anak-anak yang kadang-kadang bikin kita geleng kepala

    ReplyDelete
  4. Sepakat, anak ibarat spons yang akan menyerap informasi apapun di sekitarnya. Oleh karena itu orang tua wajib menjadi role model bagi anak-anaknya

    ReplyDelete
  5. Pengen bilang, "Justru karena nggak bisa makanya sekolah, biar jadi bisa." Hehe....
    Memang banyak faktor yang bikin ortu kehilangan kesabaran dan berkata kasar.

    ReplyDelete
  6. Kata-kata kasar kepada anak tentunya menimbulkan bekas luka tersendiri yang bisa jadi membekas, bertahan lama dan pastinya memengaruhi karakter anak. Cara pandang anak-anak dengan kekerasan ini juga berbeda.

    Memang yang namanya orang KZL marah, sedih dan kecewa itu banyak sekali cara melampiaskannya.

    Semoga dengan mengikuti cara Rasulullah sholallahu 'alaihi wa salam mengenai adab marah, sebagai orangtua atau siapapun, bisa menyalurkan amarah dengan tepat.

    ReplyDelete

  7. Dulu saya pernah mengalami fase pemarah seperti itu, Pak Bams. Biasanya memang ketika anak2 masih kecil, godaannya banget banyak untuk meluap emosi ini. Hanya saja, kita harus banyak belajar untuk menahan diri mengeluarkan kata2 yang pastinya akan kita sesali nantinya. Insya Allah semua orang bisa asalkan bersedia untuk berusaha bersabar yaaa...

    ReplyDelete
  8. Bener banget, orang tua yang stress dan kelelahan ujung-ujungnya yang kena anaknya, hiks terkadang ucapan-ucapan itu membekas lama di sang anak hingga dewasa lho. Jadi ortu emang berat banget yak, kalau belum siap mental memang harus banyak2 belajar, jangan sampai masa depan dan kejiwaan anak jadi kena. Pas Bapak bilang "tetangga saya" aku langsung mak deg, duh jangan-jangan yang dimaksud aku ya :( eh tapi aku ka belum punya anak, cuma kalau marahin kucing sering :I

    ReplyDelete
  9. kasihan sama semuanya sih. namanya kita ini manusia ya, ada rasa capek dan kesabaran setipis tisue. Apalagi ketika merasa semuanya harus dikerjakan sendirian, tidak ada support system. Memang baiknya sih, jangan langsung mengeluarkan kata2 ketika sedang marah. Lebih baik menenangkan diri dulu ya... Semoga aja kita semua bisa menahan diri demi kebaikan anak dan diri sendiri juga.

    ReplyDelete
  10. Sumpah
    Sulit banget menghilangkan itu apalagi kalau diri adalah ibu dari didikan yang juga mengalami hal yang sama dulu
    Sedikit banyaknya tuh masih ada bekasnya dan bisa keceplosan
    Makanya sangat kusayangkan kalau diriku yang kelepasan

    ReplyDelete
  11. kalo depan anak tuh emang mesti banyak sabaaar ya pak. gaboleh gampang emosi, apalagi gampang ngucapin sumpah serapah. Takutnya apa yang kita ucapkan itu berbalik pada diri kita di masa mendatang.
    Makanya kalo aku lagu ruwet sama anak, ya paling nadaku meninggi aja. Tapi kalo sampeyang ngata2in kasar mah, aku gak pernaaah

    ReplyDelete
  12. Aku sering banget ketemu kasus begini di lingkungan rumahku, Kak. Alasannya tidak jauh berbeda sih, karena capek dan frustasi sama anak. Cuma ya meski anak orang yang dibentak dan dikatai, efeknya sampai ke aku. Hehehe... OVT sendiri sama perilakuku ke anak. :(

    ReplyDelete
  13. Aku juga sering denger orang tua berkata kasar sama anak bahkan marah membabi buta gitu, kasian anaknya. Banyak faktor memang, setelah jadi orang tua aku merasakan sendiri beratnya jadi orang tua tapi tentunya itu bukan hal yang wajar untuk dilakukan. Kalau udah lelah baiknya istirahat aja lepaskan semuanya nggak usah dikerjain semua dalam satu waktu. Aku biasanya gitu untuk menghindari hal yang kayak gini. Soalnya kalau lelah kan refleks orang bisa berkata kasar. Yuk bisa menjadi orang tua yang baik dan memberikan rasa aman bagi anak.

    ReplyDelete
  14. Karena kalau sudah mulai menerapkan berkata kasar, efeknya bisa jangka panjang. Ya entah si anak malah jadi trauma, atau bisa juga dia menerapkan hal itu ke orang lain bahkan bisa ke generasi setelahnya. Yuk, jadi orang dewasa yang lebih sabar dan tenang ketika menyampaikan kata², terlebih kalau ada anak² di sekitar

    ReplyDelete
  15. Itulah mengapa saya kalau pulang kerja dan pikiran kusut banget saya melipir ke minimarket sebentar sekedar melepas penat dan lelah sejenak menikmati minuman, Setidaknya cara ini bisa meredam emosi saya dan sedikit mengurangi lelah sehingga pulang ke rumah tidak membawa sampah emosi, tinggal hepinya aja sama kiddos. Bertutur dan bersikap sudah bisa rasional tidak marah-marah ga jelas termasuk berkata kasar pada mereka

    ReplyDelete
  16. Stress kelelahan itu biasanya pemicu paling banyak atas orang tua berlaku kurang tepat pada anak termasuk berkata kasar. Tetapi kalau di lihat lapisan lebih dalam jiwanya, biasanya orang tua juga menerima perlakuan yang sama di masa kecil.

    Karena itulah aku berulang kali membawa pesan pada sekeliling, kalau mendapatkan hal tidak nyaman, obati dan jangan sampai benanah, karena itu membawa dampak yang kurang baik. Apalagi orang yang kita sayangi.

    Tulisan yang penting untuk di share, jadi pengingat untuk para orang tua.

    ReplyDelete
  17. Memang ibu kudu punya kematangan emosional.
    Serta kesabaran sedalam danau baikal.
    makasi reminder-nyaaaa

    ReplyDelete
  18. disini emang pentingnya kedewasaan orang tua dan manajemen emosi yah. Dengan kedewasaan yang baik dan pengendalian yang tepat pasti bisa membentengeni dan mempertahankan diri. Saya sebagai orang tua juga nerusaha banget menahan diri.... dan bisa mengalihkan emosi dengan cara yang lebih bijaksana

    ReplyDelete
  19. Setujuuuuuu banget ini mas. Aku tuh jujur aja , sebelum nikah pernah bilang ke suami aku ga suka punya anak, dan ga kepengin punya. Memang ga suka anak2 aja. Ga yakin juga bisa jadi ibu yg baik.

    Tp malah jadi putus dengan suami , sebab ga ketemu titik solusinya. Cuma pada akhirnya memang jodoh, aku yg ngalah utk mau punya anak, cuma dengan syarat , harus ada babysitter. Untungnya suami langsung nyediain. JD pas ada anak, memang babysitter yg banyak mengasuh mereka. Sebabnya Krn aku sempat babyblues lamaaaa, dan baru bisa berhubungan baik Ama anak2 ketika mereka usia SD.

    Bersyukurnya suami paham, JD dalam hal ini aku ada support yg kuat. Sehingga ga harus marah dan kasar kepada anak.

    Makanya paham sih, ibu2 yg jadi kasar kepada anak, ya kebanyakan Krn ga ada support itu. Ga ada asisten, suami cuek, sehingga pelampiasan jatuh ke anak 😞

    ReplyDelete
  20. Klo nakal seperti mencuri, berkelahi atau hal negatif lainnya menurutku anak memang harus dikerasin. Tapi keras bukan berarti dgn kata² kasar juga, ini aku gak setuju. Klo soal pelajaran mah gak perlu sih sampe dikasari . Yg ada nanti anak trauma dan malah mengikuti cara² ortunya juga di kemudian hari.

    ReplyDelete
  21. Kadang pun kalau bukan keluar kata-kata kasar, tapi kata-kata meremehkan atau merendahkan apa yang tlah dilakukan anak.

    Memang menjadi orangtua itu selain membawa "luka" di masa lalu atas pengasuhan yang diterapkan kedua orangtuanya juga menata kembali hati, kata dan perbuatan. Karena apa yang kita tanam saat ini, itulah yang kita panen di masa depan melalui karakter anak, cara anak mengambil keputusan dan lain-lain.

    ReplyDelete
  22. Sebaiknya ortu selalu inget kalau berkata kasar gak cuma membawa luka tapi juga doa huhuhu. Jangan sampai doa ortu yang jelek2 dikabulkan hiks.
    Aku pun sebenarnya ortu VOC tapi berusaha banget gak nyerocos dan masih pakai bahasa yang bener.
    Semoga selalu bisa menjaga lisanku ke anak2, terima kasih remindernya Pak Bambang.

    ReplyDelete
  23. Kebanyakan orang tua yang berkata kasar kepada anaknya itu, berasal dari didikan orang tua sebelumnya, dan juga lingkungan dia dibesarkan. 2 hal ini jadi penentu besar apakah kebiasaan buruk tetap berlanjut atau tidak. Tapi yang jelas, kita sebagai orang tua harus sadar bahwa kita pasti ada salah, jangan kolot banget dan gak mau memahami kesalahan diri sendiri.

    ReplyDelete
  24. Memang bener Mas Bams, inti dari parenting adalah sabar. Saat ibu lelah harusnya istirahat dan bersabar dalam menghadapi tingkah anak. Bukannya marah-marah lalu misuh seenaknya sendiri.
    Jadi sebelum nikah sebaiknya sembuhkan luka batin dulu biar 'bersih' lalu bisa jaga omongan ke anak.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.