} Koki Rakani - Rumah Kurcaci Pos

Koki Rakani

Ide cerita ini berasal dari saudara sepupu saya yang bekerja sebagai koki di sebuah hotel di Hongkong. Saat dia cuti ke Indonesia, saya main ke rumahnya, mau minta oleh-oleh hahaha. Dia lalu bercerita, kalau di sana saat bekerja, tidak ada saling bertanya ini itu. Tapi dia yang harus berusaha mencari tahu, bagaimana caranya.

Maka lahirnya ide cerita Koki Rakani ini. selamat membaca. Semoga menginspirasi 

Dimuat di Majalah Bobo


                                                            Koki Rakani 

                                                    Oleh Bambang Irwanto

Sejak kecil, Rakani suka membantu ibunya berjualan makanan di warung makan depan rumahnya. Ia membantu memasak dan mencuci piring. Sesekali Rakani melayani pembeli.

“Kenapa kamu tidak bermain saja, Rakani? tanya teman-teman sebayanya.

Rakani tersenyum. “Aku kasihan pada Ibuku, karena tidak ada yang membantunya,” jawab Rakani.

Ibu Rakani meninggal saat usia Rakani 20 tahun. Rakani sedih. Tapi ia bertekad meneruskan warung makan ibunya.

Suatu ketika Rakani mendengar kerajaan membutuhkan koki baru istana. Rakani sengaja tidak berjualan makanan pada hari itu. Pagi-pagi sekali, Ia pergi ke pusat kerajaan. Ternyata banyak sekali orang yang melamar menjadi koki istana. Tapi Rakani tidak gentar, ia yakin dengan kemampuannya.

Setelah menjalani tes, akhirnya Rakani terpilih menjadi koki baru istana. Ia senang sekali. Rakani akan bertugas memasak hidangan untuk keluarga Raja bersama dua koki senior, yaitu Koki Sayala dan Koki Marmeka. Dua hari kemudian Rakani pindah ke Istana dan tinggal di sebuah rumah di belakang istana.

Hari itu adalah hari pertama Rakani bekerja di dapur istana. Dengan bahagia ia memakai seragam dan topi putih barunya, lalu menuju di dapur. Di sana sudah menunggu koki Sayala dan koki Marmeka.

Seorang dayang istana masuk ke dapur. Ia membawa secarik kertas tulisan permaisuri. Koki Sayala membaca. Hari ini Raja ingin makan Ayam panggang madu, permaisuri ingin makan sup asparagus dan pangeran kecil ingin makan kue makaroni.
Rakani bingung. Ia tidak tahu cara membuat semua makanan itu. Selama ini, ia hanya memasak makanan yang biasa saja. Maka hari itu ia hanya membantu koki Sayala dan koki Marmeka.

“Bu Marmeka, apa saja bumbu untuk membuat ayam panggang madu?” tanya Rakani.

Koki Marmeka diam saja sambil terus mengupas kentang.  Rakani tidak bertanya lagi dan melanjutkan kerjanya mengupas bawang.

Setelah selesai membantu koki Marmeka, Rakani membantu Koki Sayala membuat kue makaroni.

“Bagaimana cara membuat kue makaroni yang enak, Bu Sayala?”

Koki Sayala diam saja. Rakani memilih diam, sambil memasukkan kuning telur ke dalam adonan.

Saat istirahat Rakani berlari ke halaman belakang dapur. Ia menangis. Bagaimana ia akan menjadi koki istana kalau tidak ada yang mau mengajarinya?

“Kenapa kamu menangis?” tiba-tiba seorang bapak tua menyapa Rakani.

Rakani menceritakan kesedihannya.

“Dari dulu dua koki itu tidak mau mengajari. Kamu harus belajar sendiri.”

“Bagaimana caranya?”

“Saat mereka bekerja, gunakan matamu untuk melihat apa yang sedang mereka lakukan.”

Rakani menghapus airmatanya.

Besoknya Rakani kembali membantu Koki Marmeka dan Koki Sayala. Kali ini sambil mengupas kentang, Rakani memperhatikan koki Marmeka meracik bumbu capcay, Rakani mencoba mengingat, lalu ia mencatatnya saat jam istirahat. Begitu seterusnya, sampai Rakani tahu berbagai macam resep.

Begitu juga saat Koki Sayala membuat aneka macam kue. Rakani selalu memperhatikan, lalu diam-diam mencatatnya. Kini Rakani sudah tahu berbagai macam resep kue.

Bila sedang libur, Rakani mencoba semua resep itu di rumahnya. Kini Rakani sudah bisa memasak semua masakan istana. Tapi Koki Marmeka dan Koki Sayala belum mempercayainya Rakani untuk membuat masakan atau kue sendiri.

Pagi itu permaisuri memanggil koki Sayala dan Koki Marmeka.  Rakani juga ikut dipanggil.

“Minggu depan, kita akan kedatangan Raja Ratian dari kerjaan Kemuning. Mereka sangat menyukai sup asparagus dan bolu cokelat panggang. Tolong kalian buat, ya!”

Semua mengangguk patuh.

Hari yang ditunggu tiba. Pagi-pagi dapur istana sudah sibuk.. Seperti biasa, Rakani hanya membantu koki Marmeka dan Koki Sayala saja.

Bruk.. tiba-tiba koki Marmeka terpeleset. Tidak sengaja ia menginjak lantai yang tergenang air.  ia pingsan. Bahkan saat siuman, tangan koki Marmeka terkilir. Semua panik, karena masakan Koki Marmeka belum selesai.

Untunglah Rakani sudah tahu resepnya dan cara memasaknya. Dengan cekatan ia memasak dan menghias sup asparagus.

“Ya ampun waktunya sedikit lagi!” teriak Koki Sayala.

“Ada apa, Bu Sayala?

“Aku belum menghias kue, sedangkan aku masih harus membuat kue roti keju.”

“Biar saya yang menghias kue, saya akan membuat adonan Roti keju.”

“Apa kamu bisa?” tanya Koki Sayala.

“Saya bisa. Saya selalu mencatat setiap membantu Bu Sayala membuat aneka kue.”

Akhirnya semua masakan siap pada waktunya. Koki Sayala dan Rakani menata hidangan di atas meja dengan cantik dan menarik.

Pukul dua belas siang, rombongan kerajaan datang. Raja dan Ratu menyambut gembira. Mereka bertukar hadiah. Ratu lalu mempersilakan tamunya makan siang.

“Enak sekali, sup asparagus ini. Siapa yang memasaknya?” tanya permaisuri Ranita dari kerajaan Kemuning.

“Bu Marmeka. Dia memang koki kami yang pandai memasak,” jawab permaisuri bangga.

Rakani sedikit kecewa. Padahal ia yang memasak sup asparagus itu.

Koki Sayala dengan sopan menghampiri Ratu. “Maaf Ratu, kali ini yang memasak adalah Rakani. Karena tadi Koki Marmeka terpeleset dan tangannya terkilir. Rakani juga yang membuat kue bolu cokelat itu.”

“Benarkah?” permaisuri tidak percaya. Ratu melambaikan tangan pada Rakani. Rakani mendekat.

“Perkenalkan koki baru kami, Rakani!”

Rakani bahagia sekali. ia berjanji akan lebih belajar lagi. Tiba-tiba Rakani ingat Bapak tua itu. Tapi Rakani tak pernah bertemu lagi dengannya.

Bambang Irwanto 



Dimuat di Majalah Bobo


                                                            Koki Rakani 

                                                    Oleh Bambang Irwanto

Sejak kecil, Rakani suka membantu ibunya berjualan makanan di warung makan depan rumahnya. Ia membantu memasak dan mencuci piring. Sesekali Rakani melayani pembeli.

“Kenapa kamu tidak bermain saja, Rakani? tanya teman-teman sebayanya.

Rakani tersenyum. “Aku kasihan pada Ibuku, karena tidak ada yang membantunya,” jawab Rakani.

Ibu Rakani meninggal saat usia Rakani 20 tahun. Rakani sedih. Tapi ia bertekad meneruskan warung makan ibunya.

Suatu ketika Rakani mendengar kerajaan membutuhkan koki baru istana. Rakani sengaja tidak berjualan makanan pada hari itu. Pagi-pagi sekali, Ia pergi ke pusat kerajaan. Ternyata banyak sekali orang yang melamar menjadi koki istana. Tapi Rakani tidak gentar, ia yakin dengan kemampuannya.

Setelah menjalani tes, akhirnya Rakani terpilih menjadi koki baru istana. Ia senang sekali. Rakani akan bertugas memasak hidangan untuk keluarga Raja bersama dua koki senior, yaitu Koki Sayala dan Koki Marmeka. Dua hari kemudian Rakani pindah ke Istana dan tinggal di sebuah rumah di belakang istana.

Hari itu adalah hari pertama Rakani bekerja di dapur istana. Dengan bahagia ia memakai seragam dan topi putih barunya, lalu menuju di dapur. Di sana sudah menunggu koki Sayala dan koki Marmeka.

Seorang dayang istana masuk ke dapur. Ia membawa secarik kertas tulisan permaisuri. Koki Sayala membaca. Hari ini Raja ingin makan Ayam panggang madu, permaisuri ingin makan sup asparagus dan pangeran kecil ingin makan kue makaroni.
Rakani bingung. Ia tidak tahu cara membuat semua makanan itu. Selama ini, ia hanya memasak makanan yang biasa saja. Maka hari itu ia hanya membantu koki Sayala dan koki Marmeka.

“Bu Marmeka, apa saja bumbu untuk membuat ayam panggang madu?” tanya Rakani.

Koki Marmeka diam saja sambil terus mengupas kentang.  Rakani tidak bertanya lagi dan melanjutkan kerjanya mengupas bawang.

Setelah selesai membantu koki Marmeka, Rakani membantu Koki Sayala membuat kue makaroni.

“Bagaimana cara membuat kue makaroni yang enak, Bu Sayala?”

Koki Sayala diam saja. Rakani memilih diam, sambil memasukkan kuning telur ke dalam adonan.

Saat istirahat Rakani berlari ke halaman belakang dapur. Ia menangis. Bagaimana ia akan menjadi koki istana kalau tidak ada yang mau mengajarinya?

“Kenapa kamu menangis?” tiba-tiba seorang bapak tua menyapa Rakani.

Rakani menceritakan kesedihannya.

“Dari dulu dua koki itu tidak mau mengajari. Kamu harus belajar sendiri.”

“Bagaimana caranya?”

“Saat mereka bekerja, gunakan matamu untuk melihat apa yang sedang mereka lakukan.”

Rakani menghapus airmatanya.

Besoknya Rakani kembali membantu Koki Marmeka dan Koki Sayala. Kali ini sambil mengupas kentang, Rakani memperhatikan koki Marmeka meracik bumbu capcay, Rakani mencoba mengingat, lalu ia mencatatnya saat jam istirahat. Begitu seterusnya, sampai Rakani tahu berbagai macam resep.

Begitu juga saat Koki Sayala membuat aneka macam kue. Rakani selalu memperhatikan, lalu diam-diam mencatatnya. Kini Rakani sudah tahu berbagai macam resep kue.

Bila sedang libur, Rakani mencoba semua resep itu di rumahnya. Kini Rakani sudah bisa memasak semua masakan istana. Tapi Koki Marmeka dan Koki Sayala belum mempercayainya Rakani untuk membuat masakan atau kue sendiri.

Pagi itu permaisuri memanggil koki Sayala dan Koki Marmeka.  Rakani juga ikut dipanggil.

“Minggu depan, kita akan kedatangan Raja Ratian dari kerjaan Kemuning. Mereka sangat menyukai sup asparagus dan bolu cokelat panggang. Tolong kalian buat, ya!”

Semua mengangguk patuh.

Hari yang ditunggu tiba. Pagi-pagi dapur istana sudah sibuk.. Seperti biasa, Rakani hanya membantu koki Marmeka dan Koki Sayala saja.

Bruk.. tiba-tiba koki Marmeka terpeleset. Tidak sengaja ia menginjak lantai yang tergenang air.  ia pingsan. Bahkan saat siuman, tangan koki Marmeka terkilir. Semua panik, karena masakan Koki Marmeka belum selesai.

Untunglah Rakani sudah tahu resepnya dan cara memasaknya. Dengan cekatan ia memasak dan menghias sup asparagus.

“Ya ampun waktunya sedikit lagi!” teriak Koki Sayala.

“Ada apa, Bu Sayala?

“Aku belum menghias kue, sedangkan aku masih harus membuat kue roti keju.”

“Biar saya yang menghias kue, saya akan membuat adonan Roti keju.”

“Apa kamu bisa?” tanya Koki Sayala.

“Saya bisa. Saya selalu mencatat setiap membantu Bu Sayala membuat aneka kue.”

Akhirnya semua masakan siap pada waktunya. Koki Sayala dan Rakani menata hidangan di atas meja dengan cantik dan menarik.

Pukul dua belas siang, rombongan kerajaan datang. Raja dan Ratu menyambut gembira. Mereka bertukar hadiah. Ratu lalu mempersilakan tamunya makan siang.

“Enak sekali, sup asparagus ini. Siapa yang memasaknya?” tanya permaisuri Ranita dari kerajaan Kemuning.

“Bu Marmeka. Dia memang koki kami yang pandai memasak,” jawab permaisuri bangga.

Rakani sedikit kecewa. Padahal ia yang memasak sup asparagus itu.

Koki Sayala dengan sopan menghampiri Ratu. “Maaf Ratu, kali ini yang memasak adalah Rakani. Karena tadi Koki Marmeka terpeleset dan tangannya terkilir. Rakani juga yang membuat kue bolu cokelat itu.”

“Benarkah?” permaisuri tidak percaya. Ratu melambaikan tangan pada Rakani. Rakani mendekat.

“Perkenalkan koki baru kami, Rakani!”

Rakani bahagia sekali. ia berjanji akan lebih belajar lagi. Tiba-tiba Rakani ingat Bapak tua itu. Tapi Rakani tak pernah bertemu lagi dengannya.

Bambang Irwanto 


Subscribe to receive free email updates: