Sudah Tiga hari ini, Mama tidak pergi bekerja. Mama di rumah saja. Padahal biasanya, pagi-pagi Mama sudah berpakaian rapi dan meninggalkan rumah. Pulangnya juga selalu malam. Bahkan terkadang, Mama pulang saat aku sudah tertidur.
"Mamamu kok tidak pergi kerja?" tanya Wina saat menjemputku untuk berangkat sekolah bersama. Rumah kami memng berdekatan. Kebetulan wina juga sekelas denganku. Kami pun duduk sebangku.
Aku hanya mengangguk saja.
"Kenapa?" tanya Wina penasaran.
Kali ini aku hanya menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Mama memang belum pernah cerita padaku, kenapa berhenti bekerja.
"Sudah, yuk! Buruan jalannya!" aku lalu mengajak Wina untuk mempercepat langkah menuju sekolah. Padahal aku tahu dia masih ingin bertanya. Temanku yang satu ini Memang paling penasaran pada sesuatu, walau dia baik sih.
Saat jam istirahat, tiba-tiba Mila menghampiriku di kelas. Dia itu sepupuku, anaknya Tante Iren, Nah Tante Iren adik mamaku. Aku dan Mila hanya terpaut 4 bulan. kami sama-sama kelas 5 SD, hanya berbeda kelas.
Istirahat kali ini aku memilih d kelas saja. Aku malas keluar. Mama juga sudah membawakan aku bekal nasi goreng telur mata sapi dan sosis goreng kesukaanku.
"Irla! Katanya Tante Karin sudah tidak bekerja, ya?" tanya Mila lalu duduk di sebelahku.
Aku langsung kaget "Kata siapa?" tanyaku penasaran. Aku kan, belum cerita pada Mila.
"Kata Wina. Tadi aku bertemu saat di kantin," jawab Mila.
Aku langsung menepuk jidat. Tentu saja Mila tahu dari Wina. Aku kan, hanya bercerita padanya. Wah anak itu tidak bisa dipercaya. Masa tadi pagi tahu. Siang sudah menyebar beritanya
"Benar, Tante Karin tidak bekerja lagi, Irla?"
"Iya, mamaku sudah tiga hari di rumah saja," jawabku.
Kali ini gantian Mila yang terkejut . "Memangnya kenapa? Apa Tante Karin di-PHK?"
Aku menggeleng, tanda tidak tahu.
"Masa kamu nggak tahu. Kamu ga nanya, Ir?"
Lagi-lagi aku menggeleng.
"Ah, kamu. Pakai rahasia segala. Itu kan mama kamu. Masa nggak nanya, sih?"
"Kamu kok ngotot sih? Aku memang nggak tahu alasan Mama berhenti bekerja. Kalau kamu mau tahu, tanya saja sendiri," aku mulai kesal pada sepupuku itu.
"Ya udah! Pulang sekolah aku akan ke rumahmu. Aku akan tanya sendiri," kata Mila lalu bergegas keluar dari kelasku. kebetulan bel tanda masuk sudah berbunyi.
Tidak lama, Wina tampak masuk kelas. Mulutnya masih mengunyah sesuatu.
"Win, kamu cerita pada Mila ya, Mamaku sudah tidak bekerja?" tanyaku saat Wina hendak duduk disampingku.
"Iya. Dia kan, sepupu kamu!" tukas wina.
"Dasar cerewet kamu! Tidak bisa simpan rahasia," kataku kesal lalu tak acuh pada Wina.
"Eh.. kamu marah ya, Ir? Maafkan aku, ya!"
Aku diam saja. Aku malas berbicara pada Wina. Aku pun jadi tidak konsentrasi menyimak pelajaran matematika yang dijelaskan Bu Imawati Annisa
Aku kira Mila tadi hanya bercanda. Ternyata benar. Pulang sekolah, ia ikut pulang ke rumahku. Akhirnya siang ini aku pulang sekolah bersama Mila dan Wina. Sepanjang perjalanan, aku diam saja. Aku masih kesal pada Wina yang tidak bisa menyimpan rahasia, juga kesal pada Mila yang sok tahu. aku kesal sekali. Berkali-kali aku melirik Wina yang berjalan sambil menunduk. Pasti dia merasa bersalah sudah membocorkan rahasia ini.
Akhirnya kami sampai juga di rumahku. Pintu depan rumah tampak terbuka. Rumah juga terlihat bersih. Padahal biasanya kalau aku pulang sekolah, pintu depan rumah tertutup rapat dan keadaan sepi. itu karena Bik Inah, Asisten rumah tangga di rumahku, masih sibuk menyelesaikan pekerjaan di dalam rumah.
"Assalamualaikum. Mama..!" Aku memberi salam lalu masuk duluan. Mila dan Wina menyusul di belakangku.
Tampak Mama keluar dari dalam rumah menyambutku. "Eh.. Irla sudah pulang. Eh ada Mila dan Wina juga. Ayo masuk!"
Tante Karin sudah tidak bekerja lagi, ya?" Mila langsung bertanya pada Mama.
Mama tampak kaget, lalu menoleh padaku.
"Bukan aku yang cerita ya, Ma! sahutku cepat. Aku takut mama menyalahkanku
"Iya. Wina yang cerita padaku, Tante!" sahut Mila.
"Tapi Irla yang cerita padaku, Tante!" bela Wina.
"Tapi kamu salah membocorkannya!" tukasku marah pada Mila. "Mama pasti marah padaku!"
"Sudah.. jangan berdebat! Mama nggak marah kok, Ir! Yuk, Masuk. Kita makan siang bareng dulu. Setelah itu makan kue bolu pisang dan minum sirup melon!"
"Hore...!" Mila dan Wina malah bersorak senang. Aku makin kesal pada mereka.
Sampai di ruang makan aku terkejut. Wow.. mama Masak istimewa hari ini. Ada sambal goreng ati sapi, empal goreng, semur telur, dan sayur buncis wortel bakso. Ada juga kerupuk udang. Semua kesukaanku.
"Siapa yang ulang tahun, Ma?"
Mama tersenyum. "Tidak ada yang ulang tahun. Makanlah dulu. Habis makan, baru Mama cerita.
Aku, Wina, dan Mila juga Mama lalu makan siang bersama. Wah enak sekali masakan Mama. Aku pun makan dengan lahap. Aku senang kalau Mama di rumah. Mama pasti masak makanan enak kesukaanmu. Maka juga menemaniku belajar.
Sejak Papa meninggal 5 tahun lalu, Mama memang sibuk sekali bekerja. Waktu bersama kami jadi berkurang. Bahkan terkadang di hari sabtu minggu, Mama juga harus bekerja lembur. Aku kadang jadi kesepian.
"Jadi kenapa Tante tidak bekerja lagi?" tanya Mila saat kami selesai makan siang. Rupanya anak itu masih penasaran saja.
"Tante masih bekerja kok. Hanya sekarang tidak bekerja di kantor, tapi bekerja di rumah," Mama menjelaskan.
"Tapi, biasanya Kan, orang bekerja di kantor, Tante?" tanya Wina.
"sekarang lebih dimudahkan. Namanya Remote worker. Tante bisa bekerja di luar kantor fisik perusahaan. termasuk di rumah. yang penting, tugas dn target pekerjaan Tante selesai," Mama menjelaskan lagi. "Sekarang Tante jadi punya banyak waktu bersama Irla."
Wah, aku bahagia sekali. Ternyata mama melakukan semuanya untukku. aku segera memeluk Mama. dengn penuh sayang. Terima kasih ya, Ma!



Berhubung terbiasa di dunia digital, rasanya aku sudah bisa menebak mamanya itu tetap bekerja tapi dari rumah, ihihi. Namun, tetap seruu deh untuk dibaca, apalagi sama anak-anak. Bahasanya cukup dekat dengan mereka. Beneran bisa jadi cerita pendek yang menarik banget untuk anak-anak sekaligus pengenalan pekerjaan. Bahwa gak semua pekerjaan harus datang ke kantor :D
ReplyDeleteTernyata mama masih bekerja dari rumah sebagai remote worker. Kebersamaan dengan anak adslah hal yg paling penting untuk seorang ibu. Drngan bekerja dari rumah, mama jadi punya waktu lebih banyak untuk membersamai anaknya.
ReplyDeleteKeren banget si mama. gak mudah lho buat perempuan yang tidak ada dukungan finansial lainnya melakukan remote worker. Pastinya beliau profesional banget dan dari segi ilmunya udah mumpuni, plus percaya bahwa rezeki gak akan ketuker. Yekan Pak Bambang?
ReplyDeleteHihihi itu anak2nya kelas 5 udah tahu aja PHK. Kek anakku belakangan lebih sering liat aku ke rumah gak ngider ke event kek dulu, aku bilang bunda blogger kena PHK haha :P
jadi ibu tunggal emang nggak mudah ya. pasti bingung banget buat menyeimbangkan antara waktu bareng anak dan harus mencari nafkah. tapi, untung zaman udah berubah dan lebih memudahkan karena mulai banyak lowongan kerja remote worker hihi. Irla pasti seneng banget bisa ketemu mamanya terus
ReplyDeleteUntung namanya sabarr yaa, padahal ada 2 anak kecil yang terlalu kepo. Alhamdulillah malah mereka bisa makan enak, ada kue dan minuman manis juga.
ReplyDeleteAnak memang kudu diajarin kalau kerja gak selalu di kantor, tapi di rumah juga bisa.
Emang anak itu sebagian besar lebih suka kalau mamanya ada di rumah ya. Ada teman seharian. Dengan adanya remote worker, hal ini lebih bisa diwujudkan.
ReplyDeleteSaya suka gaya menulis cerpennya. Meski sederhana tapi tetap berkesan.
Endingnya bikin menclos Pak. 🥹
ReplyDeleteSekarang tuh pekerjaan beragam jenisnya, mulai dari yang mengharuskan di kantor sampai yang remote. Rasanya buat ibu dan bapak² yang memilih fleksibilitas tinggi memang remote worker paling bagus ya.
Tapi seneng banget, kalau pekerjaan remote worker tuh bisa jadi salah satu hal yang bikin anak² bahagia. 🥹🥹
Ah tante, ternyata kekinian banget jadi remote worker. Kira² ada loker gak tante buat Fenni hehe.
ReplyDeleteYa, gitu ya namanya bocah, adakalanya gak bisa simpen rahasia. Padahal katanya janji gak cerita², tapi tetep aja cerita juga hehe
Si Mila itu super kepo ya anaknya ya ha ha ha. Aku bacanya kok emesh gituuu. Ada gitu ya anak sekepo gitu. Ini seperti realita zaman now, orang ga ke kantor sering dibilang ga kerja, padahal mah kerja kan udah bisa dimana-mana yak.
ReplyDeleteSeneng endingnya ceritanya, ditutup dengan makan bareng. Happy.
Irla bertanya² tp gak nanya sama mamanya sendiri. Malah Mila sbg keponakan yg to the point hehe. Ternyata mama Irla kerjanya remote. Duh impian aku tuh.. duit dapet, tp bisa kerja dari mana aja plus lebih banyak waktu untuk keluarga.
ReplyDeleteDi era digitalisasi seperti saat ini, namanya bekerja nggak harus pergi je kantor ya
ReplyDeleteAda yang namanya remote worker, jadi bisa kerja dari mana saja
Aduuh yaaa itu Mila dan Wina kecil² udah jadi orang kepo dan cepu hehehe...bibit² gak bagus kalau gak langsung di arahkan sama orang tua. Ceritanya bagus pa....
ReplyDeleteWah, keren Tante Karin mau lebih banyak waktu bersama anaknya jadi bekerja sebagai pekerja remote.. hal yang lazim dilakukan di zaman internet ini berkat kecanggihan teknologi..
ReplyDeleteCerita yang manis, masih banyak peresepsi kalau bekerja itu di kantor ya
ReplyDeleteAnak saya perlahan saya beri pengertian bahwa bekerja bisa dari mana saja, tergantung jenis pekerjaan yang dipilih. Apalagi 2 anak saya perempuan, jadi saya perkenalkan juga pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah
Kisahnya terasa hangat dan jujur, apalagi tentang pilihan seorang ibu yang berhenti bekerja demi keluarga. Kadang keputusan seperti itu nggak mudah, tapi justru di situlah letak ketulusan dan cinta yang sebenarnya.
ReplyDelete