} Meli Berani Diimunisasi - Rumah Kurcaci Pos

Meli Berani Diimunisasi

 Meli melangkah dengan berat. Mamanya memegang erat tangannya. Mereka masuk ke klinik Om Dodi, adik mamanya, seorang dokter spesialis anak.

Ilustrasi : freepik

“Halo Mbak Rosi, Hai Mel, kamu kok tegang sekali kelihatannya?” Sapa Om Dodi.

“Iya nih Di, Meli ketakutan mau disuntik, Mbak udah bilang ke dia tidak apa-apa, sakit sedikit, sebentar juga hilang.”

“Mamamu benar, tapi kamu tenang aja dulu, rileks, kamu bisa duduk santai, dengerin musik kesukaanmu dari hapemu.” Om Dodi menenangkan Meli. 

Meli duduk di pojok ruang praktik dan mendengarkan musik kesukaannya. Di dekat sofa Meli melihat sebuah kotak kayu, di dalamnya ada benda beragam bentuk dan warna. 

“Benda apa ini?” Gumam Meli sambil meraih salah satu benda dalam kotak tersebut. Meli memegang benda bulat berwarna hijau, ternyata berbahan karet lembut.

Meli meremasnya beberapa kali. Tiba-tiba cahaya lampu di ruangan itu berubah menjadi merah.

“Hei prajurit, segera berlindung, siapkan senjatamu, sebentar lagi musuh akan masuk!” Sebuah teriakan keras mengagetkan Meli.

“Jangan bengong, segera jalankan perintahku!” Teriakan itu terdengar lagi. Meli menoleh ke sumber suara tersebut. Dia melihat sosok bulat berwarna hijau, bertopi baret cokelat dan memegang alat seperti pipet berisi cairan bening.

Meli mengambil posisi berlindung di balik sebuah benda mirip batu berwarna kelabu. Meli melirik ke badannya. Dia kaget, bentuknya mirip dengan sosok yang memberinya perintah, bulat hijau. 

“Semua bersiap, tunggu aba-aba dari saya untuk menyerang!”

“Ambil senjatamu kawan kalau tidak kamu bisa berubah menjadi mereka!” Sebuah suara memerintah Meli dari belakang. Meli Menoleh, sebuah sosok bulat hijau tepat berada di belakangnya.

“Senjata? Senjata yang mana?” Balas Meli kebingungan.

“Itu di dekat kakimu!”

Meli melihat sebuah pipet mirip dengan yang dipegang oleh sosok bulat hijau dengan baret coklat. Meli pun meraihnya segera.

“Mereka sudah datang, bersiap, semua menembak jangan ada yang sisa, kita harus menjamin tempat ini bebas dari mereka!” Sosok bulat hijau berbaret coklat kembali memberi perintah, sepertinya dia pemimpin di situ.

Tidak lama bermunculan banyak sosok bulat namun berwarna abu-abu. Jumlahnya banyak sekali, mereka terus berdatangan seperti air mengalir.

Meli panik, dia melihat sosok bulat hijau seperti dirinya juga tidak kalah banyak. Mereka menembakkan cairan dari pipet ke sosok bulat abu-abu. Setiap kali terkena cairan bening dari pipet itu, sosok bulat abu-abu itu hilang.

“Arrrrrrrr Gerrrrr!”

Meli kaget dan melompat mundur, ketika di hadapannya muncul dua sosok bulat abu-abu. Reflek dia menembakkan pipetnya ke arah mereka. Dua sosok itu pun menghilang.

“Bagus prajurit, teruskan, mari kita hilangkan mereka semua!” Seru si bulat hijau baret cokelat kepada Meli.

Meli sepertinya sudah mulai mahir menggunakan senjatanya. Bersama semua temannya mereka akhirnya berhasil menghilangkan semua sosok bulat abu-abu.

“Bagus kawan, kamu menembak tidak ada yang meleset tadi. Namaku Imuno Varo, posisiku di garis depan seperti dirimu.” Sosok bulat hijau yang sejak tadi berada di dekat Meli menyapapnya.

“Hai Varo, namaku Meli. Aku masih bingung kenapa aku di sini, dan apa yang barusan saja terjadi?” Tanya Meli.

“Oo, kamu pasti berasal dari ruangan praktek dokter anak itu ya?” Kata Varo sambil tersenyum.

“Loh kok kamu tahu?” Meli bertanya penasaran.

“Iya, kamu bukan yang pertama, sudah banyak anak sepertimu mengalami ini. Kami adalah pasukan imun tubuh. Kamu saat ini berada di dalam tubuh seseorang. Tadi kita berperang melawan virus yang masuk ke tubuh anak ini.” Jelas Varo.

“Oo kalian pasukan imunisasi ya?”

“Iya Meli, kami sudah dilatih oleh virus yang dilemahkan. Kamu tadi lihat kan, virus yang kita lawan bentuknya sangat mirip dengan kita. Kami pasukan imuno flu sudah tahu sifat dan cara mengalahkan virus flu.” Tambah Varo.

“Halo, kalian barus selesai bertempur dengan virus flu ya?” tiba-tiba di depan mereka melintas sosok biru berbentuk kotak.

“Hi iya nih kami berhasil mengusir semua virus flu tadi.” Jawab Varo.

“Kalian siapa, kenapa bentuk kalian berbeda dengan kami?” Meli menyelutuk penasaran.

“Kami pasukan Imuno Corona. Kami ditugaskan menuju paru-paru pemilik tubuh ini. Kami mendapatkan laporan ada virus Corona masuk ke sana. Kami mau melenyapkannya segera!”  

 “Wah, hebat ya Varo, tubuh anak ini lengkap sekali pasukan pertahanan tubuhnya dari virus.” Kata Meli Kagum.

“Itu karena dia berani dan mau divaksin lengkap Meli.” Kata Varo meyakinkan.

 “Aku takut divaksin, karena takut jarum suntik.” Meli tertunduk.

“Tidak perlu takut Meli, sakitnya sedikit, tapi manfaat yang akan kamu dapatkan jauh lebih besar.” Sebuah suara muncul dari belakang mereka. Rupanya suara komandan pasukan imuno flu.

Suara musik dari yang sangat Meli sukai terdengar jelas. Tiba-tiba Meli sudah kembali berada di ruangan praktik Om Dodi.

“Mama, Om Dodi, aku siap divaksin!” Meli berteriak dengan yakin.

“Wah, anak pintar!” puji Om Dodi sambil mengandeng Meli. 

Meli senang sekali. Kini ia tidak tahut diimunisasi lagi.

Harianus Zebua


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Meli Berani Diimunisasi"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.