} Sulap Baru Ruru - Rumah Kurcaci Pos

Sulap Baru Ruru

Terdengar suara gaduh dari dalam rumah Kurcaci Ruru. Rupanya, Ruru sedang membongkar peralatan sulapnya. Dambilnya sebuah kotak ajaib. Kotak itu kosong, tapi  dapat mengeluarkan lima kotak lain dari dalamnya. 



 “Trik ini sudah sering kugunakan.” Dilemparnya kotak tersebut.

Kurcaci itu mengambil sebuah topi hitam dari atas rak. Biasanya, akan keluar seekor kelinci atau burung merpati.

“Bagaimana jika aku coba mengeluarkan anak kucing?” gumamnya, “Tapi anak kucing tidak bisa diam, nanti tanganku tercakar.” 

Ruru berpikir lagi. “Kalau kodok?” Buru-buru ia menggeleng, “Sebelum aku memberi aba-aba, kodok itu sudah melompat keluar.”

Sekarang rumahnya berserakan alat-alat sulap yang lain. Saputangan warna-warni, kartu-kartu, koin, gelang-gelang dan  beberapa bola. Ini dikarenakan tiga hari lagi, ia harus mengisi pertunjukkan sulap di pesta ulang tahun Kurcaci Momo. Momo berpesan agar dirinya memperagaan pertunjukkan sulap yang belum pernah dimainkan sebelumnya.

“Lebih baik besok aku mengunjungi toko sulap Madame Zilpa,” katanya

**

Ayam jantan sudah berkokok, meskipun langit masih gelap. Ruru telah memulai perjalanannya. Toko sulap Madame Zilpa terletak di desa lain. Ia harus menyeberangi sungai, menaiki bukit lalu menuruninya. Tak lupa dia membawa bekal makanan dan beberapa koin untuk membeli peralatan sulap.



“Mudah-mudahan, Madame Zilpa mempunyai alat sulap yang baru,” harap Ruru.

Sebelum tengah hari, Ruru sudah sampai. Madame Zilpa adalah seorang kurcaci berhidung bengkok. Sudah puluhan tahun dia mengelola toko tersebut. 

“Selamat siang, Madame. Apakah Madame memiliki peralatan sulap yang baru?” tanya Ruru.

“Oh, kamu Ruru. Coba saja berkeliling toko. Aku sudah cukup tua hingga tak mampu mengingat alat sulap mana yang baru,” Madame Zilpa terkekeh.

Ruru mengitari rak tempat Madame Zilpa memajang alat-alat sulapnya. Sayangnya, semua peralatan sulap di took itu telah ia miliki.

“Bagaimana ini? Momo dan teman-teman bisa kecewa.” Kurcaci pesulap itu terpekur sedih. 

“Lebih baik aku mengunjungi perpustakaan saja. Barangkali ada buku trik sulap yang baru.” Ruru pun beranjak.

Perpustakaan di sini lebih besar dari perpustakaan di desa Ruru. Koleksi buku-bukunya juga lebih banyak.

“Permisi, di mana letak buku-buku tentang sulap?” tanya Ruru kepada seorang kurcaci petugas perpustakaan.

“Ada di lorong ketiga. Letaknya di bawah buku-buku Ilmu Sains,” jawab petugas itu ramah.

“Terima kasih,” jawab Ruru sebelum berlalu. 

Hmm, letaknya di bawah rak buku Ilmu Sains. Dulu ia juga pernah melakukan percobaan sains. Tunggu dulu!  Sebuah ide cemerlang untuk pertunjukkan besok. 

Ruru tiba di rumahnya saat hari sudah gelap. Di tangannya ada setumpuk buku pinjaman dari perpustakaan.

“Besok aku akan berbelanja untuk pertunjukkan sulapku.” Ia menguap lalu tertidur kelelahan.

**

“Selamat sore, teman-teman,” Ruru menyapa Momo dan mereka yang hadir di pesta itu. 

“Kali ini, saya akan memperagakan sebuah sulap yang baru. Kalian harus menebaknya!”

Semua bersorak.

Di tangan Ruru ada selembar kertas dan lilin. Kemudian ia menuliskan sesuatu  di atas kertas menggunakan lilin.

“Teman-teman, bisakah kalian membaca tulisannya?” Ruru menunjukkan kertas tersebut.

Mereka yang hadir memicingkan mata mereka. Tetap saja tidak terbaca apa-apa. 

“Ada yang tahu, bagaimana caranya agara tulisan dari lilin ini bias terbaca?” tanyanya lagi.

“Diterawang!” jawab Momo lantang.

Ruru memberi kertas itu pada Momo yang langsung diterawanginya. 

“Tidak kelihatan,” sahut Momo sambil mengembalikan kertas itu pada Ruru.

“Pakai kaca pembesar!” teriak Kurcaci Titi seraya maju ke depan. Namun gagal juga.

Ruru lalu menaburkan bubuk arang ke permukaan kertas dan meratakannya dengan kapas. Setelah itu, diggoyang-goyangkannya hingga butiran-butiran arang berjatuhan.

“Ini dia tulisannya!” seru Ruru.

Bubuk arang yang mengenai lilin tidak terjatuh tapi malah menempel. Menyebabkan tulisan lilin pun menjadi terbaca dengan jelas. 

‘SELAMAT ULANG TAHUN MOMO’.

Semuanya bertepuk tangan.



Selanjutnya, kurcaci pesulap itu melakukan percobaan ‘Telur Bernapas’, ‘Semburan Lava’, ‘Balon Sakti’ dan masih banyak lagi.

Tanpa terasa, pesta pun usai. Momo menghampiri Ruru. “Terima kasih, Ruru. Pertunjukkan sulapmu tadi benar-benar hebat.”

Ruru nyengir, “Sebenarnya itu bukan sulap, tapi percobaan sains.”

Momo terbelalak takjub, “Tapi aku dan teman-teman sangat terhibur. Kami menyukainya! Mungkin untuk pertunjukkan berikutnya, kamu bisa melakukan percobaan sains lainnya.”

Ruru mengangguk senang. 

Wah, tampaknya Ruru memerlukan banyak sekali contoh percobaan sains untuk pertunjukkannya. Bisakah teman-teman membantu Ruru? 

Terdengar suara gaduh dari dalam rumah Kurcaci Ruru. Rupanya, Ruru sedang membongkar peralatan sulapnya. Dambilnya sebuah kotak ajaib. Kotak itu kosong, tapi  dapat mengeluarkan lima kotak lain dari dalamnya. 

 “Trik ini sudah sering kugunakan.” Dilemparnya kotak tersebut.

Kurcaci itu mengambil sebuah topi hitam dari atas rak. Biasanya, akan keluar seekor kelinci atau burung merpati.

“Bagaimana jika aku coba mengeluarkan anak kucing?” gumamnya, “Tapi anak kucing tidak bisa diam, nanti tanganku tercakar.” 

Ruru berpikir lagi. “Kalau kodok?” Buru-buru ia menggeleng, “Sebelum aku memberi aba-aba, kodok itu sudah melompat keluar.”

Sekarang rumahnya berserakan alat-alat sulap yang lain. Saputangan warna-warni, kartu-kartu, koin, gelang-gelang dan  beberapa bola. Ini dikarenakan tiga hari lagi, ia harus mengisi pertunjukkan sulap di pesta ulang tahun Kurcaci Momo. Momo berpesan agar dirinya memperagaan pertunjukkan sulap yang belum pernah dimainkan sebelumnya.

“Lebih baik besok aku mengunjungi toko sulap Madame Zilpa,” katanya

**

Ayam jantan sudah berkokok, meskipun langit masih gelap. Ruru telah memulai perjalanannya. Toko sulap Madame Zilpa terletak di desa lain. Ia harus menyeberangi sungai, menaiki bukit lalu menuruninya. Tak lupa dia membawa bekal makanan dan beberapa koin untuk membeli peralatan sulap.

“Mudah-mudahan, Madame Zilpa mempunyai alat sulap yang baru,” harap Ruru.

Sebelum tengah hari, Ruru sudah sampai. Madame Zilpa adalah seorang kurcaci berhidung bengkok. Sudah puluhan tahun dia mengelola toko tersebut. 

“Selamat siang, Madame. Apakah Madame memiliki peralatan sulap yang baru?” tanya Ruru.

“Oh, kamu Ruru. Coba saja berkeliling toko. Aku sudah cukup tua hingga tak mampu mengingat alat sulap mana yang baru,” Madame Zilpa terkekeh.

Ruru mengitari rak tempat Madame Zilpa memajang alat-alat sulapnya. Sayangnya, semua peralatan sulap di took itu telah ia miliki.

“Bagaimana ini? Momo dan teman-teman bisa kecewa.” Kurcaci pesulap itu terpekur sedih. 

“Lebih baik aku mengunjungi perpustakaan saja. Barangkali ada buku trik sulap yang baru.” Ruru pun beranjak.

Perpustakaan di sini lebih besar dari perpustakaan di desa Ruru. Koleksi buku-bukunya juga lebih banyak.

“Permisi, di mana letak buku-buku tentang sulap?” tanya Ruru kepada seorang kurcaci petugas perpustakaan.

“Ada di lorong ketiga. Letaknya di bawah buku-buku Ilmu Sains,” jawab petugas itu ramah.

“Terima kasih,” jawab Ruru sebelum berlalu. 

Hmm, letaknya di bawah rak buku Ilmu Sains. Dulu ia juga pernah melakukan percobaan sains. Tunggu dulu!  Sebuah ide cemerlang untuk pertunjukkan besok. 

Ruru tiba di rumahnya saat hari sudah gelap. Di tangannya ada setumpuk buku pinjaman dari perpustakaan.

“Besok aku akan berbelanja untuk pertunjukkan sulapku.” Ia menguap lalu tertidur kelelahan.

**

“Selamat sore, teman-teman,” Ruru menyapa Momo dan mereka yang hadir di pesta itu. 

“Kali ini, saya akan memperagakan sebuah sulap yang baru. Kalian harus menebaknya!”

Semua bersorak.

Di tangan Ruru ada selembar kertas dan lilin. Kemudian ia menuliskan sesuatu  di atas kertas menggunakan lilin.

“Teman-teman, bisakah kalian membaca tulisannya?” Ruru menunjukkan kertas tersebut.

Mereka yang hadir memicingkan mata mereka. Tetap saja tidak terbaca apa-apa. 

“Ada yang tahu, bagaimana caranya agara tulisan dari lilin ini bias terbaca?” tanyanya lagi.

“Diterawang!” jawab Momo lantang.

Ruru memberi kertas itu pada Momo yang langsung diterawanginya. 

“Tidak kelihatan,” sahut Momo sambil mengembalikan kertas itu pada Ruru.

“Pakai kaca pembesar!” teriak Kurcaci Titi seraya maju ke depan. Namun gagal juga.

Ruru lalu menaburkan bubuk arang ke permukaan kertas dan meratakannya dengan kapas. Setelah itu, diggoyang-goyangkannya hingga butiran-butiran arang berjatuhan.

“Ini dia tulisannya!” seru Ruru.

Bubuk arang yang mengenai lilin tidak terjatuh tapi malah menempel. Menyebabkan tulisan lilin pun menjadi terbaca dengan jelas. 

‘SELAMAT ULANG TAHUN MOMO’.

Semuanya bertepuk tangan.

Selanjutnya, kurcaci pesulap itu melakukan percobaan ‘Telur Bernapas’, ‘Semburan Lava’, ‘Balon Sakti’ dan masih banyak lagi.

Tanpa terasa, pesta pun usai. Momo menghampiri Ruru. “Terima kasih, Ruru. Pertunjukkan sulapmu tadi benar-benar hebat.”

Ruru nyengir, “Sebenarnya itu bukan sulap, tapi percobaan sains.”

Momo terbelalak takjub, “Tapi aku dan teman-teman sangat terhibur. Kami menyukainya! Mungkin untuk pertunjukkan berikutnya, kamu bisa melakukan percobaan sains lainnya.”

Ruru mengangguk senang. 

Wah, tampaknya Ruru memerlukan banyak sekali contoh percobaan sains untuk pertunjukkannya. Bisakah teman-teman membantu Ruru? 

Vina Anne

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sulap Baru Ruru"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.