} Stop Orang Tua Memberi Contoh Anak Membully Anak Lain - Rumah Kurcaci Pos

Stop Orang Tua Memberi Contoh Anak Membully Anak Lain



Ada Anak tetangga depan rumah. Nama panggilannya Tan. usianya 4 tahun. Rambutnya keriting dan tubuhnya agak gembul. Persis pemeran si Don di film animasi Jumbo. Apalagi Tan ini juga punya kaos garis kayak Don. Setiap kali Tan memakai, saya jadi ingin nyanyi. Bila nanti.. badai kan, datang… 

Nah, selasa siang, 26 Agustus 2025, penampilan Tan agak berbeda. Rambut keritingnya sudah dipangkas habis dan berganti cepak. Ternyata bapaknya baru membawa Tan ke tukang pangkas rambut.



Tetangga lain juga suprais melihat penampilan Tan. Dia melihat dan menyapa Tan. Eh Tan potongan rambut baru, ya. Tambah cakep. Anak tetangga itu yang juga teman Tan pun ikut memuji. Iya, Tan cakep. Tentu saja Tan senang. Padahal sebenarnya menurut saya (ini menurut saya, ya), Tentu Tan lebih terlihat cakep dengan rambut keritingnya hehehe.

Tidak berapa lama seorang ibu yang tetangga juga lewat. Saat dia melihat Tan, eh.. dia langsung ngomong wah.. Tan botak… Tan botak, ya.. Anak ibu itu langsung ikut bilang Tan botak Tan botak. Ya, tentu saja Tan tidak suka. Akhirnya Tan dan anak itu berkelahi.

Semua Kadang Bermula dari Orang Tua 

Dulu zaman saya kecil, apa yang diucapkan ibu dan anaknya itu adalah mengejek. Tapi sekarang sudah termasuk membully.  Dan saya tidak suka dengan hal ini. Sangat tidak bijak, orang dewasa apalagi seorang ibu juga mencontohkan sesuatu yang tidak baik di depan anaknya. 

Apalagi anak itu adalah peniru ulung. Apa yang orang tua ucapkan atau lakukan, baik perbuatan baik atau kurang baik, bisa cepat sekali dicontoh oleh anak. termasuk yang ditulis teman saya, seorang Blogger Surabaya, jangan sampai bertengkar di depan anak. Apalagi dengan nada suara yang tinggi. Maka bisa dicontoh anak, lho.



Di atas, contoh yang jelas dan nyata. Dua tetangga memberi tanggapan berbeda pada Tan. Tetangga A jelas jempol. Tetangga B. No good. Dan sesuai pengalaman saya justru orang tua itu sering memberi contoh yang tak baik bagi anaknya dan membuka peluang anaknya membully anak lain.



Contoh lain keponakan saya badannya lebih sehat dibandingkan teman lainnnya.  Lalu seorang tetangganya, tiap lewat depan rumah keponakan saya, dan kebetulan keponakan saya ada di teras rumah, ibu itu selalu memanggil dengan sebutan Ndut… Awalnya keponakan saya senyum saja. Lama karena berulang kali, akhirnya keponakan saya marah juga.

Untungnya keponakan saya sudah terbiasa berbicara soal apapun dengan orang tuanya. Jadi dia pun curhat pada papa dan mamanya. Jadi adik dan ipar saya bisa segera mengambil tindakan tegas menegur ibu itu. Tidak boleh dibiarkan. Kalau keponakan saya sedih, terus merasa minder, tidak mau makan, siapa yang rugi kan...

Makanya penting sekali dibiasakan agar anak mau curhat ke orang tua. Jadi masalah apapun yang dialami anak, bisa diketahui oleh orang tua. Sehingga bisa segera dicari solusinya. Anak pun bisa ceria dan semangat beraktivitas kembali.

Orang tua Stop Memberi Contoh Membully

Hal paling bijak adalah, para orang tua stop mencontohkan anaknya membully anak lain. Karena ini bisa jadi anggapan anak, ah.. mama saja bilang begitu pada Tan, saya juga tidak apa-apa. Apalagi kalau orang tua sudah jadi tameng bagi anak. 



Aah.. namanya juga anak-anak. Nanti juga berteman lagi. Eh... Tidak segampang  itu. Iya enak anak situ yang mengejek, tapi tidak enak bagi anak yang diejek. Jangan juga menganggap itu hanya candaan. Bercanda boleh, tapi jangan sampai  menyakiti hati.

Justru orang tua yang harus melarang atau mencegah saat anak mulai membully temannya. Kalau dibela dengan tameng, ah.. namanya juga anak-anak, Maka tidak akan bagus untuk perkembangan anak juga.

Tempatkan bagaimana rasanya, kalau anak sendiri yang digituin oleh ibu lain atau orang lain. Dan orang tua yang membully bukan saja ibu-ibu tapi bapak-bapak juga ada.

Orang tua Filter Pencegah Anak Membully

Sebagai orang tu, harusnya justru jadi penyaring awal mencegah anak membully anak lain. Contoh tetangga saya satunya. Ia memberi respon pada Tan dengan cara berbeda. Bukan saja Tan yang seneng, akhirnya anaknya mengikuti juga tidak membully Tan.



Dalam kehidupan ini, apalagi berhubungan dengan anak-anak, maka tidak semua, apa yang dilihat oleh mata, harus diucapkan mulut sesuai kenyataan.  Misalnya pada Tan, walau rambut keriting lebih pas buat Tan, tapi berbicara menyenangkan hati anak-anak. Ini jelas hal yang berbeda dengan mengajarkan anak berkata jujur.

Karena dengan stop memberi contoh membully di depan anak plus memberitahu dengan cara yang baik, itu lebih mudah, daripada memberikan luka batin pada anak lain yang bisa susah sembuh. Setuju kan.. ya...

Subscribe to receive free email updates:

14 Responses to "Stop Orang Tua Memberi Contoh Anak Membully Anak Lain"

  1. Eits, yg bener liriknya
    "Kala nantiiii...."
    bukan "Bila Nanti"
    😆🤣 #dibahas

    yap, sebagaimana idiom "children see, children do" plisss para ortu harusnya kasih contoh yg baik.

    kalo ngomong, dijaga.
    jangan pakai alasan "aku kan ceplas ceplos orangnya."

    BIG NO!
    Jadilah orang dewasa yg bener2 mature

    ReplyDelete
  2. Nah itu pak. Daku paling benci sama orang tua yang selalu pake tameng, "aaah.. namanya juga anak kecil". LHO YA JUSTRU KARENA MASIH KECIL, MAKANYA DIKASIH TAU. Bukannya malah ignoran, nggak peduli dan nggak menegur anak meskipun anaknya udah keterlaluan. Namanya anak kecil, nggak ngerti batasan. Nggak ngerti benar salah pula. Disitulah tugas orang tua untuk memberikan penjelasan.... Heuheu

    ReplyDelete
  3. Miris yaa jika ternyata secara tidak sadar orang tua juga malah memberi contoh membuly meski mungkin tidak menyadarinya alias spontan saja.

    ReplyDelete
  4. Setuju pake banget nih, semua bermula dari orangtua dan orang dewasa di sekitar anak. Kadang dengan enteng membully dan seolah menghalalkan bully. Padahal hal ini jelas tidak boleh di legalkan.

    Kasian Tan yang malah diejek Botak sama si Ibu tetangga dan anaknya meniru serta ikutan. Pun keponakan mas yang diejek tetangga dengan sebutan Ndut memang nggak bagus dan menyakiti. Reminder sekali nih jangan jadi ortu suka membully anak lain. Berikan contoh dan teladan baik.

    ReplyDelete
  5. Setuju banget kalau orang tua itu filter. Karena anak-anak yang dilihat pertama orang tua, orang terdekat yang bisa ditiru. Orang yang paling dipercaya saat masa kecil.

    Kadang memang sering orang bilang, kalau anak-anak mudah melupakan, lupa ada yang namanya alam bawah sadar, jika sering diperlakukan akan menyimpan. Kelak menjadi luka batin yang membuat karakternya tergores.

    Semoga orang tua makin lebih eling-eling dalam bersikap, sehingga anak-anak atau penerus tumbuh menjadi pribadi yang baik.

    ReplyDelete
  6. KAdang banyak orang tua yang tidak sadar, kesannya ingin bercanda tapi melukai perasaan. Yang dilukai tertawa mesem mesem dan akhirnya jadi normalisasi. Penting nih buat orang tua untuk sadar kalau kita itu contoh pertama buat anak-anak kita. Stop memberi contoh membully, yuk, mulai dari hal kecil.

    ReplyDelete
  7. Daku acap kali melihat dan mendengar seperti itu, Pak. Terlebih ya yang mengucapkannya adalah orang yang usianya di atas saya. Mungkin karena pengalaman dia sebelumnya jiga seperti itu ya, jadinya kayak semacam dari generasi ke generasi, belum terputus mata rantai pembuatan yang justru dilakukan oleh si orangtua itu sendiri

    ReplyDelete
  8. Agree mas. Anak itu meniru orangtua biasanya. Jadi kalo sampai membully, biasanya itu Krn didikan yg mereka dpt dari rumah. Ntah karena orangtuanya suka berkata kasar, atau suka menghina juga. Lebih parah lagi, suka memukul.

    Jadi si anak juga berpikir kalo memukul itu sah2 aja.

    Makanya aku selalu penasaran, didikan seperti apa yg didapat dari anak yg suka membully temen2nya 😞

    ReplyDelete
  9. Setuju mba, kadang suka bingung kok ada orang tua yang gak bisa menyaring omongannya kepada anak-anak, atau di depan anak-anak. Nggak cuman body shaming, tapi juga tentang membanding-bandingkan. Yaa mungkin mmg ada yg habitnya seperti itu yaa..

    ReplyDelete
  10. Iyaa banget ini mas Bams.
    Kalau uda ada sebutan "gendut", "nenek" atau apalah itu.. padahal masih usia anak-anak, itu uda termasuk labelling. Dan sampai besar, label itu akan selalu terbawa sehingga anak menjadi gak percaya diri.

    Memang kita gak bisa kontrol lingkungan mau gimana terhadap anak-anak, tapi sebagai orangtua, selain menguatkan, tentu memberi teladan yang baik agar anak-anak tumbuh di lingkungan yang sehat.

    ReplyDelete
  11. Iya jadi ingat anak-anak balita yang dibunuh tetangganya beberapa waktu lalu, karena suka mengejek tetangga, kayak how come? anak balita merundung, mereka pasti diberi contoh oleh orangtua dan lingkungannya.. sedih..

    ReplyDelete
  12. Duh tulisannya jadi reminder banget untuk saya Mba. Jadi sebagai orang tua kita memang perlu berhati-hati agar tidak menularkan contoh kurang baik, apalagi bully

    ReplyDelete
  13. Bullying itu hal tercela
    Sebagai orang tua, kita harus mencontohkan kepada anak untuk selalu hidup dengan welas asih, tdk melakukan bullying pada orang lain

    ReplyDelete
  14. Setuju sekali bahwa menghentikan budaya bully harus dimulai dari teladan orang tua. Anak belajar paling cepat dari sikap sehari-hari, jadi penting menunjukkan empati dan menghargai orang lain agar mereka tumbuh dengan rasa hormat dan percaya diri.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.