} Kado Istimewa untuk Silvi - Rumah Kurcaci Pos

Kado Istimewa untuk Silvi

Dimuat di majalah Bobo (dok.Novia Erwida)

KADO ISTIMEWA UNTUK SILVI
Oleh : Novia Erwida
Silvi menatap iri pada Salma. Lagi-lagi, Salma memakai baju baru. Kali ini Salma memakai terusan ungu dengan hiasan payet di sekeliling leher. Juga ada bunga-bunga besar yang menjuntai di sisi bawah gaun. Cantik sekali.
Salma pamer baju baru terus di setiap acara ulang tahun, batin Silvi
“Waaah…! Putri kerajaan sudah datang.” Goda Merry yang sedang berulang tahun.
Salma menyunggingkan senyum, menyalami Merry dan menyerahkan kadonya. “Selamat ulang tahun…”
“Terima kasih, Tuan Putri.” Jawab Merry sambil membungkukkan badan.
Teman-teman tertawa. Hanya Silvi yang diam saja. Bagi Silvi, Salma adalah anak yang suka pamer. Salma tidak menghargai teman-teman yang tidak bisa membeli baju baru seperti Silvi. Silvi memandang baju hijaunya. Ada sedikit robek di lengannya, tapi ibu sudah menisiknya.
Silvi pernah minta dibelikan baju yang baru. Ibu bilang belum punya uang. Jadi, di setiap acara ulang tahun, Silvi selalu memakai gaun hijaunya.
Silvi menghidari berdekatan dengan Salma. Dia tak mau bajunya tenggelam oleh gemerlap gaun Salma.
“Ini buatmu.” Salma mengambilkan sepotong cake cokelat buat Silvi.
“Terima kasih.” Jawab Silvi jawab Silvi tanpa senyum. Salma hanya heran melihat Silvi yang tidak ramah.
***
Ada undangan ulang tahun dari Mia. Silvi membolak-balik undangan itu. Dia ragu untuk datang. Ibu masih belum membelikan gaun baru. Baju yang ada di lemari, cuma kaos dan celana jeans. Tidak pantas dipakai untuk acara ulang tahun.
“Bu, kalau Mia tanya, bilang Silvi sakit ya.” Kata Silvi pada Ibunya.
“Lho? Kok Silvi menyuruh Ibu bohong?” sela Ibu.
Silvi menggigit bibir. Dia tak sanggup melihat Salma memakai gaun baru lagi. Silvi akan semakin benci dengan gaun hijaunya.
“Silvi, kan, enggak punya baju.” Jawabnya pelan.
“Yang hijau, kan, bagus? Kasihan Mia kalau kamu tidak datang.” Bujuk Ibu.
Sepertinya Silvi tetap harus berangkat ke acara itu. Ibu tak mau berbohong.
Silvi masuk ke kamarnya, lalu membuka lemari. Ada gaun ungu kak Sarah, masih bagus tapi kebesaran buat Silvi. Silvi mencobanya dan mematut-matut diri di depan cermin.
Bahu gaun itu jatuh sampai ke lengan. Bagian badannya kedodoran. Bagian bawah gaun, panjang sampai menyapu lantai. Tampak sekali kalau Silvi memakai gaun pinjaman. Mungkin beberapa tahun lagi, barulah gaun itu pas dipakai Silvi.
Silvi meneteskan air mata. Tak ada pilihan lain. Sekarang dia harus berangkat. Disambarnya gaun hijau dan berdandan sekedarnya. Tak lupa memakai bando berwarna emas. Pemberian Ibu sebulan yang lalu.
Silvi belajar menerima keadaan. Ia tak mau mengeluh. Kalau Ibu punya uang, pasti ia dibelikan baju baru. Sejak Ayah meninggal, Ibu menerima pesanan kue. Hasil penjualan kue Ibu tidak seberapa. Sejah subuh, Ibu selalu menyusun kue-kue dalam baki plastik untuk diantar ke warung-warung. Kadang Silvi dan Kak Sarah ikut membantu mengantarkan kue.
Silvi memasuki rumah Mia, matanya mencari-cari sosok Salma. Benar tebakan Silvi. Kali ini Salma memakai gaun pink yang lembut. Roknya mekar seperti putri raja. Gaun yang cantik, tidak seperti… Ah, Silvi kembali menyesali gaun hijaunya.
Ulang tahun Mia meriah. Ada games meletuskan balon dengan perintah lucu bagi yang terkena hukuman. Silvi menikmati permainan, sampai lupa soal gaunnya.
Tiba-tiba Mia bersorak. “Minggu depan kita pesta di rumah Silvi!”
“Asiiiik…” teman-teman yang lain bertepuk tangan meriah. Silvi tersenyum kecut. Minggu depan memang ulang tahunnya, tapi Silvi tak mungkin mengadakan pesta. Ibu tak punya uang untuk itu.
Salma mendekati Silvi. Silvi menjauh. Salma heran.
“Kenapa, Sil?”
“Bajumu bagus sekali. Aku malu di dekatmu.” Kata Silvi berbisik.
Salma tersenyum. “Ibuku tukang jahit, Sil. Baju ini dibuat dari kain sisa yang masih bisa dipakai. Pelanggan Ibu biasanya memberikan kain sisa baju mereka.” Jawab Salma.
Kening Silvi berkerut.
“Coba lihat, bagian atas dan bawah kainnya berbeda kan?”
Silvi memperhatikan. Benar. Hanya warnanya saja yang senada. Pasti Ibu Salma bekerja keras menjahit gaun itu sampai cantik begitu.
“Ibumu hebat.” Kata Silvi jujur.
Salma tersenyum. “Ibumu juga hebat. Aku suka kue buatan ibumu.” Jawab Salma.
Silvi tercenung mendengarnya.
Seminggu kemudian, Salma datang ke rumah Silvi membawa kado. Silvi kaget sekaligus senang.
“Aku tidak mengadakan pesta.” Kata Silvi.
“Aku tahu. Tapi bukalah kado ini.” Jawab Salma.
Jemari Silvi bergerak cepat karena penasaran. Setelah kado terbuka, Silvi terbelalak. Ada gaun baru berwarna biru.
“Terima kasih…” Silvi memeluk Salma. Silvi tahu ini berasal dari kain sisa. Tapi tak ada yang tahu selain Silvi, Salma dan Ibu Salma.
Silvi langsung memakai gaun itu. Pas dan tidak longgar seperti gaun Kak Sarah. Silvi berputar-putar. Hatinya sangat senang. Salma juga senang, dia sudah memberi kado yang dibutuhkan Silvi.
Silvi menarik tangan Salma ke meja makan. “Ibumu pintar menjahit, Ibuku pintar bikin kue. Ayo coba.” Kata Silvi sambil menyerahkan sepiring black forest pada Salma. Hanya kue itu sebagai simbol perayaan ulang tahun Silvi.
Salma mencolek krim, dan mengoleskan ke hidung Silvi. Silvi membalas. Hidung Salma berlepotan krim. Mereka tertawa bersama.

Subscribe to receive free email updates: