Dimuat di halaman Kompas Anak harian Kompas Minggu, 24 januari 2016 |
Kisah si Pongo
Oleh
: Vina Maria. A
Pongo adalah anak Orangutan Sumatera, usianya baru
lima tahun. Setahun lagi Pongo sudah
bisa mandiri. Sekarang Pongo masih tinggal bersama induknya.
“Hoa-hem,”
Pongo menguap sambil meregangkan tangannya. Enak sekali rasanya bangun tidur
setelah lelah bermain. Lho, Ibu belum pulang dari mencari makanan? Seharusnya
tadi aku ikut dengan Ibu untuk belajar mencari makan. Gara-gara terlalu asyik
bermain, aku malah tidur.
Tak beberapa lama, Ibu Pongo datang. “Halo, Pongo. Ini
Ibu membawa pisang. Pongo pasti sudah lapar.”
Pongo mengangguk. Tapi kenapa Ibu lama mencari
makanannya?” tanya Pongo sambil mulutnya penuh dengan pisang.
**
Keesokan paginya, sayup-sayup Pongo mendengar suara
menderu. Suara apakah itu? Pongo tidak pernah mendengar suara seperti itu
sebelumnya di hutan. Tiba-tiba badannya diguncang-guncangkan oleh Ibu.
“Pongo, Bangun! Kita harus segera pergi dari sini!”
teriak Ibu.
Pongo mengikuti saja perintah Ibu. Mereka pun keluar
dari sarang dan mulai bergelayutan dari pohon yang satu ke pohon yang lain.
Beberapa Orangutan juga ikut berpindah tempat. Kini suara menderu yang Pongo
dengar sebelumnya berhenti. Pongo menoleh ke belakang. Sebuah pohon besar di
ujung sana, perlahan-lahan tumbang.
Bum…
Suaranya sangat keras ketika menghantam tanah. Pongo terlonjak kaget, kenapa
pohon besar itu bisa tumbang?
“Ayo, Pongo! Cepat!” teriak Ibu.
Beberapa lama kemudian Pongo dan Ibunya sudah sampai
di hutan yang lebat. “Sepertinya di sini
aman.” Kata Ibu.
Ibu Pongo lalu membuat sarang dari ranting-ranting
pohon untuk mereka berdua.
“Ibu, kenapa
kita harus cepat-cepat pindah? Lalu kenapa pohon-pohon besar bisa tumbang?”
tanya Pongo kemudian.
Ibu menghela napas panjang, “Itu karena ulah
manusia. Jika kita tidak segera pindah, pohon yang kita tinggali juga akan
tumbang. Lalu Ibu dan Pongo akan
ditangkap oleh manusia.”
“Kenapa mereka menebang pohon, Bu? Pohon kan bisa
menghasilkan buah, menampung air, buat udara sejuk, juga tempat Pongo bermain,”
Pongo bingung.
Ibu tidak menjawab dan hanya menggeleng pelan.
Pongo masih penasaran, “Lalu kenapa kita ditangkap
manusia, Bu?”
“Entahlah, yang Ibu tahu, mereka juga menangkap Harimau
dan Macan Tutul. Oleh karena itu, kita jarang melihat mereka sekarang.” kata
Ibu sedih.
“Hm, berarti
manusia itu sangat kuat, Harimau saja bisa mereka tangkap. Tapi, apakah semua
manusia itu jahat?” Pongo bertanya-tanya. Pongo akhirnya pergi tidur. Dalam
tidurnya, Pongo bermimpi makan beraneka macam buah segar.
**
Sudah beberapa hari ini Pongo hanya makan dedaunan dan sedikit serangga.
Karena banyak pohon ditebang, mencari buah-buahan jadi semakin sulit. Mau tidak
mau Pongo harus makan apa yang ada.
“Ibu, kapan Pongo bisa makan buah-buahan lagi?”
tanya Pongo.
“Ibu juga belum tahu. Yuk, ikuti Ibu,” ajak Ibu.
Pongo pun mengikuti Ibu yang memanjat sampai ke
puncak pohon.
“Itu, lihat di sana. Itu hutan tempat tinggal kita
yang dulu!” Ibu menunjuk ke hamparan lahan di kejauhan. Hutan tempat tinggal
Pongo dulu kini sudah menjadi hamparan tanah yang luas. Lalu Pongo menengok ke sisi lain. Di sana ada
banyak pohon buah-buahan.
“Itu, Bu, di sana! Kita bisa mengambil buah-buahan!”
Pongo berteriak kegirangan.
Ibu terdiam
sejenak, “Tapi, itu kebun buah milik manusia, Pongo.”
“Ayo kita ke sana, Bu. Pongo sudah lama tidak makan
buah-buahan,” bujuk Pongo.
Pongo senang, Ibu berhasil dibujuk untuk mengambil buah-buahan
dii kebun manusia. Hanya saja Pongo tidak boleh ikut. Pongo harus menunggu di
sarang karena mengambil buah di kebun manusia sangat berbahaya.
**
Sudah lama Pongo menunggu, tetapi Ibu belum juga
pulang dari mencari makanan. Padahal hari mulai gelap. Pongo panik,
jangan-jangan terjadi apa-apa sama Ibu. Hari semakin larut, Pongo pun tertidur.
Besoknya, Ibu masih belum pulang. Pongo nekat menyusul Ibu ke perkebunan. Sampai disana,
Ibu tidak juga ditemukan. Pongo malah melihat sosok manusia yang membawa benda
panjang. Apa itu? Tiba-tiba…“Dooor!”
Pongo kaget. Ia lari ketakutan. Tetapi, lengan
bagian atas Pongo mulai terasa sakit. Dengan lengannya yang sakit Pongo tidak
kuat lagi memanjat pohon. Akhirnya Pongo tak sadarkan diri.
**
Saat membuka mata, Pongo berada di tempat yang
asing. membuka matanya.
“Aku ada di mana?” kata Pongo.
Dilihatnya luka di lengannya sudah dibalut kain
putih. Tak lama datanglah seorang manusia. Pongo ketakutan, tapi manusia itu
tersenyum ramah pada Pongo. Manusia itu menggendong Pongo dengan sayang lalu
membawa Pongo keluar.
Di luar,
Pongo melihat banyak pohon dan banyak Orangutan sedang bergelayutan dengan
gembira. Rupanya saat ini, Pongo berada di tempat perlindungan Orangutan,
tepatnya di Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara.
Pongo mencari-cari induk Orangutan. Adakah ibu Pongo
di sana? (Vin)
**
Naskah
ini pernah dimuat di harian Kompas Minggu, 24 januari 2016, pada halaman Kompas
Anak.