} Rahasiaku - Rumah Kurcaci Pos

Rahasiaku

Selama ini aku kira, Rissa itu sahabat terbaikku. Di sekolah kami sangat akrab. Kami duduk sebangku dan sering pulang bersama. Aku percaya dan sering curhat padanya.

Dimuat di Majalah Girls


Tapi tidak aku sangka, Rissa membocorkan rahasiaku. Tiba-tiba saja teman-teman sekelas tahu, kalau aku masih suka menghisap jempol saat tidur. Oh My Good, mau ditaruh di mana wajahku yang manis ini.

Sepanjang hari itu, aku terus saja diolok-olok oleh teman-teman. Mereka memanggilku si baby dot. Tentu saja aku malu sekali. Rasanya aku ingin bel tanda pulang segera berbunyi.

”Rissa, kamu ya, yang membocorkan rahasiaku itu?” tanyaku marah saat pulang sekolah.

Rissa tampak terkejut. ”Bukan aku, Kok! Aku, kan, udah  janji akan menjaga rahasiamu dengan baik.”

Tentu saja aku tidak percaya. ”Kalau bukan kamu siapa lagi? Hanya padamu saja, aku menceritakan rahasiaku itu,” tukasku.

Rissa tetap tidak mau mengakui perbuatannya itu. Aku juga ngotot. Kami jadi berdebat.

”Aku benci padamu, kamu nggak bisa dipercaya!” teriakku, lalu berlari meninggalkan Rissa. Berulang-ulang aku menyeka airmata di pipiku sambil berlari pulang.

@@@

Bib..Bib..bib. Hapeku berbunyi tanda sms masuk. Dengan malas aku aku meraih hapeku dan segera mebuka sms itu. Ternyata dari sms Rissa.

Kenia, kamu masih marah padaku, ya? Percayalah, bukan aku yang membocorkan rahasiamu.

Aku membanting hapeku ke atas tempat tidur. Aku makin kesal pada Rissa. Kenapa sih, dia tidak mau mengaku saja. Sudah lempar batu, malah sembunyi tangan.

”Kamu kenapa, Sayang?” Mama datang menghampiriku. Rupanya Mama memperhatikanku sejak tadi.

Aku lalu bercerita pada Mama. Mama mengangguk mengerti.

”Apa kamu yakin, Rissa yang membocorkan rahasiamu itu?” tanya Mama.

”Tentu saja, Ma! Hanya padanya aku cerita tentang rahasiaku itu.”

”Tapi yang tahu rahasiamu itu kan, bukan Rissa saja.”

”Apa maksud Mama?” tanyaku bingung.

”Mama, Papa, Mbak Ayu juga tahu rahasiamu itu. Bik Nah Juga pasti tahu.”

”Bik Nah juga tahu?” aku kaget sekali. ”Mama yang cerita ya, pada Bi Nah?”

Mama menggeleng. ”Bi Nah sering melihatmu tidur. Dia kan sering bolak-balik masuk kamarmu.”
Olala... kini aku tahu siapa yang telah membocorkan rahasiaku itu.

Aku segera mencari Sumi. Ia langsung mengakui perbuatannya itu.

”Tapi, aku cuma cerita pada Saskia,” bela Sumi.

“Ya, ampun Sumi, apa kamu lupa, kalau saskia itu biang gosip di sekolah kita. Tentu saja dia yang menyebarkan pada teman-teman sekelas.”

Sumi tertunduk. ”Maafkan aku ya, Kenia!”

”Seharusnya kamu bisa menjaga rahasiaku. Ibumu sudah bertahun-tahun kerja dengan keluargaku. Tentu saja Kamu dan Ibumu sudah aku anggap seperti keluarga. Aku kan, selalu menjaga rahasiamu. Aku nggak perna cerita pada siapapun, kalau kamu sering meminjam alat-alat sekolahku atau baju-bajuku.”

Sumi makin tertunduk.

”Baiklah, aku memaafkanmu, Sumi! Tapi kamu harus janji, lain kali enggak mengulangi lagi!”

Sumi hanya mengangguk.

@@@

”Benar kan, bukan aku yang membocorkan rahasiamu,” kata Rissa. Hari itu kami sudah kembali pulang bersama sambil bergandengan tangan.

”Iya, aku yang salah! Maafkan aku, ya!” ujarku tulus.

Rissa mengangguk. ”Kalau kamu menceritakan rahasiamu padaku, berarti kamu percaya padaku. Dan aku harus menjaga kepercayaan itu sebaik-baiknya.Aku juga enggak mau, kalau orang yang kupercaya, ternyata membocorkan rahasiaku.”

”Iya, bagaimana kalau kita mampir dulu makan es krim. Untuk menebus salahku.”

”Boleh saja, tapi semangkuk es krim, rasanya kurang. Bagaimana kalau dua mangkuk. Apalagi cuaca sedang panas,” canda Rissa.

”Nggak masalah. Tapi kamu traktir aku pisang cokelat, ya!” balasku.

”Ya, sama juga boong,” Rissa berusaha mencubit lenganku. Dengan lincah aku berkelit.
   

Subscribe to receive free email updates: