} Cerita Tamu - Topi-Topi Kalelawar - Rumah Kurcaci Pos

Cerita Tamu - Topi-Topi Kalelawar

Cerita Anak - Cerita Tamu - Topi-Topi Kalelawar - Di sebuah gua dekat hutan hiduplah sekawanan kelelawar. Ada Rati Kelelawar, Nia Kelelawar, Beti kelelawar, Sisil Kelelawar dan beberapa kelelawar lain.

Kumdong Pustaka Ola - Ilustrasi pak iwan Darmawan
Malam ini para kelelawar perempuan ingin pergi ke pesta ulang tahun Tia Kelelawar. Tia tinggal di gua kaki gunung. Kata Tia di pestanya kali ini akan ada kemeriahan yang menyenangkan. Karena itu para kelelawar penghuni gua dekat hutan siap-siap berangkat.

Sebelum berangkat semua kelelawar perempuan saling pamer topi. Mereka memang sedang memakai topi yang indah-indah.

“Lihat, topiku seperti bunga mawar,” pamer Rati.

“Topiku tak kalah indah. Lihat nih seperti cangkir,” sahut Nia.

“Topiku lebih unik daripada milik kalian. Lihatlah topiku seperti bunga tulip,” pamer Beti sambil mengangkat sayapnya.

“Topimu memang unik. Sampai-sampai telingamu tidak terlihat karena tertutup,” komentar Sisil.

“Ini namanya model. Biar telinga tertutup yang penting keren,” bela Beti.

Sejenak kemudian semuanya siap terbang menuju kediaman Tia kelelawar.

“Untung ya malam ini tidak ada bulan. Aku benci bulan,” kata Rati.

“Aku juga,” kata yang lain serempak.

Kumdong Pustaka Ola - Ilustrasi pak iwan Darmawan


Mereka membenci bulan karena memang tidak suka dengan cahaya.

Di tengah perjalanan, Beti sering menabrak ranting atau daun. Beti sendiri sampai bingung kenapa. Teman-teman mengira Beti sedang tidak enak badan.

“Sebaiknya kalau sakit kamu tidak usah ikut,” kata Nia.

“Aku sehat bugar teman-teman. Tubuhku tidak letih sedikit pun,” sahut Beti.

“Lalu kenapa kamu sering menabrak ranting dan daun?” tanya Rati.

Saat mereka tengah berbincang, tiba-tiba lewat Tibo kelelawar. Tibo kelelawar adalah kelelawar lelaki yang agak tua. Di tangannya waktu itu ada dua ekor serangga.

“Ada apa ini? Sepertinya ada masalah ya?” tanya Tibo.

Beti lalu menceritakan masalahnya. Usai bercerita, Tibo malah tertawa. Kelelawar-kelelawar perempuan itu keheranan.

“Jelas saja Beti menabrak ranting dan daun. Lihat! Topinya menutupi kedua telinganya. Kita kan kelelawar bisa terbang dengan baik karena pendengaran super telinga kita.”

Beti dan yang lain mengangguk-angguk. Setelah mengucapkan terima kasih pada Tibo, mereka melanjutkan perjalanan. Mereka tertawa karena hal yang dialami Beti. Beti sendiri mengangkat sedikit topinya sehingga telinganya tidak tertutupi. Di sudut sana pesta sudah menunggu kedatangan mereka.

Deny Wibisono

Subscribe to receive free email updates: