} Bedah Naskah Cerita Anak, Langos di Hutan Natal - Rumah Kurcaci Pos

Bedah Naskah Cerita Anak, Langos di Hutan Natal

Bedah Naskah Cerita Anak, Langos di Hutan Natal - Salam , Sahabat Kurcaci Pos...
Jumpa di edisi perdana benah cerita anak, ya. Kali ini, Kurcaci Pos akan membedah cerita anak Kak Afrilla Dwitasari yang bercerita tentang Mimi yang menikmati Langos, roti tepung berbentuk bundar dan datar yang di atasnya bisa pakai topping apa saja.

Ini dia penampakan langos yang bentuk persegi. Ehm enak... (Foto : Afrilla Dwitasari)

Untuk mempermudah Sahabat Kurcaci Pos ikut belajar, maka Kurcaci Pos memposting dulu naskah aslinya, kemudian baru koreksian, dan catatannya, ya. Jadi yang saya coret itu koreksian, lalu yang dalam kurung stabilo kuning itu catatannya.
O, iya. Di sini Kurcaci Pos pun masih tahap belajar juga. Bila masih ada yang belum pas, Kurcaci Pos minta maaf. Kita sama-sama belajar, ya...


Naskah Asli 

Langos di Hutan Natal
Oleh : Afrilla Dwitasari

“Uuh.. Dingiin!”

Mimi berkali-kali membulatkan bibirnya yang tipis, hembusan napasnya memunculkan asap di udara, tanda suhu sudah di bawah sepuluh derajat celcius. Kedua tangannya yang memakai sarung tangan rajut tebal berwarna biru muda dimasukkan ke dalam saku mantelnya.

Buru-buru Mimi berjalan mengikuti mama yang sedang membetulkan kupluk di sebelahnya. Mama jalannya cepat sekali. Mungkin karena badan mama yang tinggi dan kakinya yang panjang. Tampak jejak-jejak sepatu boot di gundukan salju yang baru turun sore itu. Mimi dan mama diajak dua orang temannya mama ke pasar natal di alun-alun. Ini pertama kalinya Mimi ke sana. Sebenarnya Mimi malas pergi. Dia ingin tidur sambil berselimut saja di rumah.

“Sudah, ikut aja. nanti kamu pasti senang, deh”. Begitu bujuk mama.

Mimi cuma merengut.

Sudah hampir dua bulan Mimi tinggal di Jerman. Papanya pindah  tugas dari kantornya di Indonesia.

Sejak tiba di Jerman, Mimi memang belum betah, ditambah lagi cuaca sudah masuk musim dingin.

Sekarang sudah bulan Desember. Di Jerman, ada tradisi perayaan pasar natal yang diadakan sejak satu bulan menjelang Hari Natal. Weihnachtsmarkt namanya. Weihnachtsmarkt mulai buka dari pukul sebelas siang hingga pukul sepuluh malam. Macam-macam yang dijual di Weihnachtsmarkt. Ada barang kerajinan tangan, pernak-pernak unik, aksesoris tradisional, dan berbagai macam makanan. Banyak juga pertunjukan seru dan menarik.

“Naah, kita sudah sampai!”, Tante Yuli berseru sambil tersenyum lebar.

Tiba-tiba Mimi terkesima. Matanya menatap tajam ke pemandangan yang ada di depannya. Meskipun masih manyun, diam-diam Mimi mengagumi Weihnachtsmarkt. Bagaikan berada di hutan di negeri dongeng. Pondok-pondok indah yang dikelilingi pepohonan dengan lampu warna-warni berkerlap-kerlip dan jalan berliku. Warna putih salju yang menyelimuti pasar yang nampak seperti ‘hutan natal’ pun semakin membuat Weihnachtsmarkt semakin mempesona.

“Itu dia”. Tante Anik, menunjuk satu pondok yang besar dan berawarna merah putih, dan hijau. Di atap pondok terdapat hiasan-hiasan natal, bola-bola lampu, dan patung kereta kencana yang ditarik kuda-kuda poni. “Langos” begitu tulisan yang tertera di bagian atas pondok.

“Apa itu langos? Apa enaknya si langos? Enakan juga donat kentang sama kelepon!” Mimi mencibir dalam hati. Ia memang sedang rindu sekali pada makanan Indonesia. Duh, ia membayangkan betapa enaknya pecel Mbok Wito, siomay Mba Mar, bubur ayam Bang Udin, dan kawan-kawannya.

Tante Yuli dan Tante Anik segera mengantri untuk membeli Langos. Antriannya cukup panjang, namun masih lebih sedikit bila dibandingkan antrian di malam hari.Mimi dan mama duduk di bangku kayu berbentuk batang pohon.

“Ini untuk Mimi” Tante Yuli datang dengan lagi-lagi tersenyum lebar. Ia memberikan langos yang ditaro di atas tisu besar berwarna putih bercorak merah, putih, dan hijau. Lambang bendera Hungaria.

Langos adalah kudapan spesial dari negara Hungaria. Roti datar berbentuk persegi yang besar, diolesi saus bawang putih, yang disebut Knoblauchsoße, lalu diberi parutan keju di atasnya sebagai topping. Roti ini digoreng dan disajikan panas-panas langsung pada saat orang memesan. Keju Jerman pun irisannya besar dan tebal, beda dengan keju Indonesia. Sehingga, langos dengan gundukan keju melimpah itu tampak menggiurkan sekali. Kudapan favorit ini tidak pernah absen di Weihnachstmarkt. Setiap orang yang mengunjungi Weihnachtsmarkt pasti membeli langos.

Mimi mengambil langosnya dan mengucapkan terima kasih pada Tante Yuli. Ia melirik mama. Tampak Mama sudah mulai mencoba langosnya.

“Ayo cobain, Mimi”, kata Tante Yuli.

Mimi menurut. Digigitnya sedikit si langos. Mimi terdiam. Digigitnya lagi. Kali ini lebih banyak. Matanya yang sipit membelalak. Tiba-tiba dia tertawa.

“Ihh, enak banget, enak banget!”

Rasanya Mimi ingin melompat. Digigitnya lagi. Hap.. Hap.. Kali ini digigitnya terus-menerus. Rasanya yang panas justru membuatnya ingin melahapnya terus. Mama dan Tante Yuli tertawa melihat tingkah Mimi.

“Enaak.. Enak banget, Maa!”

“Nah, kan, bener kan kata Mama, kamu pasti suka”.

Tante Anik yang baru selesai membeli langos menghampiri.

“Loh, kok Tante Anik langosnya beda?”

Langos Tante Anik topping nya bukan keju dengan Knoblauchsoße, tetapi bubuk gula putih halus, seperti taburan gula pada donat kentang kesukaan Mimi.

Ternyata langos toppingnya bermacam-macam. Ada keju dan Knoblauchsoße, gula putih, gula kayu manis, saus apel, saus creamy, coklat, dan daging. Tapi, topping keju dan Knoblauchsoße lah yang menjadi favorit semua orang.

“Mimi mau nambah ya, Maa! Mimi mau cobain topping gula”.

“Kalau Mimi di Indonesia kan ngga bisa makan langos, ngga bisa ke pasar natal”, goda Tante Anik.

Mimi tersenyum malu.

“Iya, kalau Mimi mikirin Indonesia terus, kapan menikmati suasana di sini?”

 Mama mengerling pada Tante Anik. “Mimi harus bersyukur. Tidak semua orang bisa mencicipi langos ini, kan”.

Ah, iya, benar! Kalau nanti ia sudah pulang ke Indonesia, pasti akan kangen sekali pada langos. Jadi, sekarang nikmati saja yang ada! Mimi tidak mau mengeluh lagi. Ia ingin bersyukur seperti kata mama.

Tiba-tiba Tante Yuli datang membawa tiga gelas minuman yang masing-masing diberikan kepada mama, Tante Anik, dan Mimi.

Mimi tersenyum. Hatinya kini senang sekali. Ternyata cuaca dingin seperti di kulkas ini banyak temannya, ada si langos yang baru saja matang dan segelas susu coklat hangat. Hmmm.. Nikmaat.. Besok, beli langos lagi, ahh..

***


Naskah Koreksian


Langos di Hutan Natal
Oleh : Afrilla Dwitasari

“Uuh.. Dingiin!”

Mimi berkali-kali membulatkan bibirnya yang tipis, hembusan napasnya memunculkan asap di udara, tanda suhu sudah di bawah sepuluh derajat celcius. Kedua tangannya yang memakai sarung tangan rajut tebal berwarna biru muda dimasukkan ke dalam saku mantelnya.

Buru-buru Mimi berjalan mengikuti mama  (karena sudah kata sapaan, jadi huruf awalnya kapital Mama) yang sedang membetulkan kupluk di sebelahnya. Mama jalannya cepat sekali. Mungkin karena badan mama yang tinggi dan kakinya yang panjang. Tampak jejak-jejak sepatu boot di gundukan salju yang baru turun sore itu. Mimi dan mama diajak dua orang temannya mama (langsung saja : teman Mama) ke pasar natal di alun-alun. Ini pertama kalinya Mimi ke sana. Sebenarnya Mimi malas pergi. Dia ingin tidur sambil berselimut saja di rumah.

“Sudah, ikut aja. nanti kamu pasti senang, deh”. Begitu bujuk mama. (Ini alurnya mundur, Mbak. Jadi usahakan cerita pendek untuk anak, alurnya maju-maju-maju. termasuk untuk di media).

Mimi cuma merengut.

Sudah hampir dua bulan Mimi tinggal di Jerman. Papanya pindah  tugas dari kantornya di Indonesia.

Sejak tiba di Jerman, Mimi memang belum betah, ditambah lagi cuaca sudah masuk musim dingin.

Sekarang sudah bulan Desember. Di Jerman, ada tradisi perayaan pasar natal yang diadakan sejak satu bulan menjelang Hari Natal. Weihnachtsmarkt namanya. Weihnachtsmarkt (ini bisa langsung diefektifkan : Namanya Weihnachtsmarkt yang mulai buka...) mulai buka dari pukul sebelas siang hingga pukul sepuluh malam. Macam-macam yang dijual di Weihnachtsmarkt. Ada barang kerajinan tangan, pernak-pernak unik, aksesoris tradisional, dan berbagai macam makanan. Banyak juga pertunjukan seru dan menarik.

“Naah, kita sudah sampai!", (Ini tidak perlu tanda koma : sampai!") Tante Yuli berseru sambil tersenyum lebar.

Tiba-tiba Mimi terkesima. Matanya menatap tajam ke pemandangan yang ada di depannya. Meskipun masih manyun, diam-diam Mimi mengagumi Weihnachtsmarkt. Bagaikan berada di hutan di negeri dongeng. Pondok-pondok indah yang dikelilingi pepohonan dengan lampu warna-warni berkerlap-kerlip dan jalan berliku. Warna putih salju yang menyelimuti pasar yang nampak (tampak) seperti ‘hutan natal’ pun semakin membuat Weihnachtsmarkt semakin mempesona.

“Itu dia”. (Titik dulu baru tanda petik : dia.") Tante Anik, menunjuk satu pondok yang besar dan berawarna (typo) merah putih, dan hijau (beri koma : merah, putih, dan hijau). Di atap pondok terdapat hiasan-hiasan natal, bola-bola lampu, dan patung kereta kencana yang ditarik kuda-kuda poni. “Langos” begitu tulisan yang tertera di bagian atas pondok.

“Apa itu langos? Apa enaknya si langos? Enakan juga donat kentang sama kelepon!” Mimi mencibir dalam hati. Ia memang sedang rindu sekali pada makanan Indonesia. Duh, ia membayangkan betapa enaknya pecel Mbok Wito, siomay Mba Mar, bubur ayam Bang Udin, dan kawan-kawannya. (makanan-makanan lainnya).

Tante Yuli dan Tante Anik segera mengantri (mengantre) untuk membeli Langos. Antriannya cukup panjang, namun masih lebih sedikit bila dibandingkan antrian (antrean) di malam hari.Mimi  (kurang ketukan : hari. Mimi) dan mama duduk di bangku kayu berbentuk batang pohon.

“Ini untuk Mimi” Tante Yuli datang dengan lagi-lagi tersenyum lebar. Ia memberikan langos yang ditaro (ditaruh) di atas tisu besar berwarna putih bercorak merah, putih, dan hijau. Lambang bendera Hungaria.

Langos adalah kudapan spesial dari negara Hungaria. Roti datar berbentuk persegi yang besar, diolesi saus bawang putih, yang (tidak perlu koma) disebut Knoblauchsoße, lalu diberi parutan keju di atasnya sebagai topping. Roti ini digoreng dan disajikan panas-panas langsung pada saat orang memesan. Keju Jerman pun irisannya besar dan tebal, beda dengan keju Indonesia. Sehingga, langos dengan gundukan keju melimpah itu tampak menggiurkan sekali. Kudapan favorit ini tidak pernah absen di Weihnachstmarkt. Setiap orang yang mengunjungi Weihnachtsmarkt pasti membeli langos.  (paragraf ini seperti artikel, Mbak Dewi. Jadi karena ini sudut pandang dari Mimi, maka segala sesuatu dalam cerita dari Mimi yang disampaikan kepada pembaca.)

Mimi mengambil langosnya dan mengucapkan terima kasih pada Tante Yuli. Ia melirik mama. Tampak Mama sudah mulai mencoba langosnya.  (Ini bisa dibuat ucapan Mimi : "Terima kasih, Tante!" ucap Mimi sambil mengambil langos pemberian Tante Yuli. Saat Mimi melirik ke Mama, tampak Mama mulai mencoba langosnya.)

“Ayo cobain, Mimi”,  (koma dulu, baru tanda petik) kata Tante Yuli.

Mimi menurut. Digigitnya sedikit si langos  (kayaknya kurang pas pakai si. Karena si biasanya untuk tokoh. Si Maman, si Ujang, Si Landak dan sebagainya : langos itu). Mimi terdiam. Digigitnya lagi. Kali ini lebih banyak. Matanya yang sipit membelalak. Tiba-tiba dia tertawa.

“Ihh, enak banget, enak banget!”

Rasanya Mimi ingin melompat. Digigitnya lagi. Hap.. Hap.. Kali ini digigitnya terus-menerus. Rasanya yang panas justru membuatnya ingin melahapnya terus. Mama dan Tante Yuli tertawa melihat tingkah Mimi.

“Enaak.. Enak banget, Maa!”

“Nah, kan, bener kan kata Mama, kamu pasti suka”. (titik dulu, baru tanda petik)
Tante Anik yang baru selesai membeli langos menghampiri.

“Loh, kok Tante Anik langosnya beda?”

Langos Tante Anik topping nya  (topping-nya) bukan keju dengan Knoblauchsoße, tetapi bubuk gula putih halus, seperti taburan gula pada donat kentang kesukaan Mimi.

Ternyata langos toppingnya bermacam-macam. Ada keju dan Knoblauchsoße, gula putih, gula kayu manis, saus apel, saus creamy, coklat (cokelat), dan daging. Tapi, topping keju dan Knoblauchsoße lah yang menjadi favorit semua orang.

“Mimi mau nambah ya, Maa! Mimi mau cobain topping gula”.

“Kalau Mimi di Indonesia kan ngga bisa makan langos, ngga bisa ke pasar natal”, goda Tante Anik.

Mimi tersenyum malu.

“Iya, kalau Mimi mikirin Indonesia terus, kapan menikmati suasana di sini?”

 Mama mengerling pada Tante Anik. “Mimi harus bersyukur. Tidak semua orang bisa mencicipi langos ini, kan”.

Ah, iya, benar! Kalau nanti ia sudah pulang ke Indonesia, pasti akan kangen sekali pada langos. Jadi, sekarang nikmati saja yang ada! Mimi tidak mau mengeluh lagi. Ia ingin bersyukur seperti kata mama. 

Tiba-tiba Tante Yuli datang membawa tiga gelas minuman yang masing-masing diberikan kepada mama, Tante Anik, dan Mimi.

Mimi tersenyum. Hatinya kini senang sekali. Ternyata cuaca dingin seperti di kulkas ini banyak temannya, ada si langos yang baru saja matang dan segelas susu coklat (cokelat) hangat. Hmmm.. Nikmaat.. Besok, beli langos lagi, ahh..

***

Catatan Koreksian 

Untuk ide cerita sangat bagus. Ada info menarik yang ditampilkan dalam cerita. Seperti langos dan pasar natal di Jerman.

Hanya sayangnya, menurut saya konfliknya tidak pas dengan settingnya. konfliknya adalah "Mimi yang sudah 2 bulan tinggal di Jerman dan belum betah tinggal di sana."

Jadi lebih bagus kalau Kak Dewi memasukkan sesuatu yang berhubungan dengan Jerman. Kalau langos kan khas Hungaria. Pasti banyak sesuatu yang khas dan unik di Jerman, dan itulah yang akhirnya membuat Mimi betah tinggal di Jerman.

Makanya, alur cerita ini kurang berliku. Masih datar, karena dengan mudahnya konflik Mimi langsung tuntas, Hanya dengan makan langos, Mimi langsung "sudah merasa" betah di Jerman. Padahal masalah betah tinggal di tempat baru itu tidak bisa langsung diatasi. Butuh step by step atau banyak liku-liku alur. Beda kalau kepedasan makan sesuatu, lalu minum air putih, maka masalah selesai.

Cerita ini terlalu banyak memainkan tokoh dewasa. 3 tokoh dewasa, 1 tokoh anak. Jadi timpang. Padahal untuk cerita anak, harusnya justru tokoh-tokoh anak yang lebih banyak berperan dalam cerita. Biarkan tokoh anak dalam cerita yang menyelesaikan konflik dengan caranya sendiri.

Masih ada kalimat yang seperti artikel, Mbak. Jadi usahakan sudut berceritanya dari tokoh Mimi. Apa yang terjadi dalam cerita, semua dari Mimi. Misalnya Mimi kan baru pertama kali melihat langos. Jadi cara penyampaiannya misalnya :
Jadi itu namanya langos? tanya Mimi dalam hati.
Tidak lama Mimi melihat penjualnya memasukan topping keju ke atas langos


Penggunaan tanda baca masih banyak lepas ya, Mbak Dewi. Terutama dalam dialog. Misalnya : "Aku belum mengerti soal itu", >>>> jadi koma dulu baru tanda petik dua >>>> "Aku belum mengerti soal itu,"

Jadi permak kembali naskahnya, Mbak Dewi. Fokus mencari sesuatu yang ada di Jerman yang nantinya akan membuat Mimi betah tinggal di Jerman. Bisa masukan tokoh anak yang nantinya akan membantu Mimi. Bisa juga dibalik, Mimi sudah beberapa tahun di Jerman, lalu ada teman baru dari Indonesia yang belum betah. Nah, bagaimana cara Mimi membantu temannya itu.

Salam semangat menulis, Mbak Dewi.

Subscribe to receive free email updates: