} Bedah Naskah Cerita Anak - Putri Malam - Rumah Kurcaci Pos

Bedah Naskah Cerita Anak - Putri Malam

Bedah Naskah Cerita Anak - Putri Malam Salam, SaKurPos..\ Apa kabar semunya. Jumpah lagi nih, di Bedah cerita anak.



Kali ini, Kurcaci Pos akan membedah dongeng Kak Mira Humaira yang berjudul Putri Malam. Ceritanya tentang Pily bungaWijaya Kusuma yang biasa disebut juga Putri Malam, karena memang berkembangnya di waktu malam.

Yuk, disimak bedah naskah cerita anak kali ini. Untuk melihat bedah cerita sebelumnya, SaKurpos bisa mampir ke sini, ya... Bedah Naskah Cerita Anak

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Naskah Asli :

PUTRIMALAM
Oleh: Mira Humaira

Namanya Pily dan Pipy. Mereka bersahabat sejak kecil. Keduanya cantik sekali. Mereka adalah bunga istimewa. Satu berwarna putih bersih, satu lagi berwarna merah cerah. Bisa kau tebak, yang mana Pily dan mana Pipy?

Pily dan Pipy menghabiskan waktunya di sebuah ladang milik Pak Bhadra. Di sana,  mereka bermain, berdendang, dan menikmati alam di setiap malam. Ya, selalu malam karena mereka hanya bisa terbangun ketika langit berubah hitam. Siang hari adalah waktu mereka terpejam. Oleh karena itu, orang-orang menyebut mereka sebagai putri-putri malam.

Pily dan Pipy saling menyayangi. Mereka bilang, mereka tak akan terpisahkan. Sampai kapan pun, Pily dan Pipy akan bermain bersama di ladang.Hingga pada suatu hari, di sore musim semi, Pak Bhadra membawa salah satu dari mereka pergi ke kota. Tentu Pily dan Pipy tidak menyadarinya karena mereka masih tertidur pulas.

***

Saat malam hari tiba.

 "Uaaaah…," Pily menggeliat. Ia mengucek kedua matanya. Memasang telinganya lebar-lebar. Seketika Pily pun terperanjat, "Oh tidak, kenapa sepi sekali?” Tidak terdengar ramainya suara anak-anak bunga Wijaya Kusuma bertingkah-tingkah seperti biasanya.

Pily memandang sekitar. Ia tercengung. Bukan tempat biasanya. Semuanya berubah. “Dimana aku? Oh, Pipy. Dimana Pipy? Pipy…!teriak Pily panik. Matanya berkaca-kaca. Ia ketakutan.Pily kemudian menunduk. Ia menahan tangisannya agar tidak terdengar bising.

“Halo, apa kau baik-baik saja?”
“Hai, hai Bunga putih, kau tidak mendengarku?”


Pily tersentak. Teriakan nyaring memekakkan telinganya.
“Hei, jangan menggangguku…tolong pergi!” seru Pily panik. Ia berusaha mengusir makhluk kecil itu dengan kedua tangannya.

“Oh, tenang saja, wahai Bunga putih! Aku tidak akan mengganggumu.”

Rupanya seekor kunang-kunang dengan kerlip cahaya hijau yang sedang menyapa Pily.

“Aku Photinus. Kamu bisa panggil aku Photy. Kau siapa?”

“Pily. Namaku Pily.”

“Eh, kau menangis?”

“Aku tidak tahu kenapa aku di sini. Rumahku bukan di sini…,” ucap Pily sambil terisak-isak.

“Mungkin kau memang sudah tinggal di sini sekarang. Lihat, kau berdiri di pot yang indah. Pasti pemilikmu yang baru memberikannya khusus untukmu,” tutur Photy. “Kau terlihat bagus dengan pot itu, Pily!” tambah Photy mencoba menghibur.

Pily tidak mempedulikannya. Ia kembali diam. Kali ini, Pily menatap ke atas langit malam. Tapi tak lama kemudian, ia menangis lagi. Lebih kencang.

“Hiks… ini pesta bulan purnama dan aku di sini sendirian. Aku sedih. Aku ingin bertemu Pipy. Aku ingin pulaang ...!”

“Kau benar, Pily. Sekarang waktunya pesta bulan purnama. Jadi, kau tak pantas menangis. Hmm, coba lihat ke sana, Pily. Lihat!” Photy bersemangat menunjuk jauh ke arah bukit.

Saat itu juga mata Pily berbinar. Bibirnya tersenyum kecil. Ia menyeka air matanya. Menikmati pemandangan bagus di depan matanya.

“Indah sekali, Photy. Apa itu?”

“Mereka keluarga dan teman-temanku,” jawab Photy bangga. “Cantik, bukan? Kami sedang berkumpul dan cahaya kami bersinar serempak di malam ini.”

Pily masih meneteskan air mata, tapi kali ini ia menangis haru melihat keajaiban makhluk-makhluk kecil dengan cahaya yang dibawanya.Pily takjub melihat formasi cahaya yang tampak seperti gelombang aurora. Pily belum pernah menyaksikan ini sebelumnya. Dalam benaknya, Pily berharap bisa menonton kembali pertunjukan cahaya ini bersama Pipy.

***

Sejak saat itu, Pily selalu ditemani oleh Pothy. Di setiap malam, mereka tertawa dan bercerita satu sama lain. Pily pun lupa kesedihannya. Ia tidak merasa sendiri lagi. Pily sudah punya teman baru.

Namun tidak diduga, suatu malam, Pily dibuatnya sedih kembali.
“Maafkan aku, Pily. Waktunya kami harus tinggal menetap di bukit sana,” ucap Photy sambil berpamitan.

Pily mengangguk sedih. Namun bagaimana pun, ia tidak bisa menghalanginya. Pily peduli keselamatan temannya. Jika berkeliaran di dekat kota, Photy bisa terancam karena banyak manusia yang memburunya.

“Kamu janji ya, Pily. Jangan terlalu lama bersedih. Lihatlah sekitar! Kamu pasti akan punya teman baru lagi,” ucap Photy sambil pergi terbang dengan kerlip cahaya yang semakin lama tampak semakin meredup.

Tentu saja Pily tidak tahan menahan tangisnya. Ia sangat sedih. Tidak ada lagi teman bermain di malam hari. Tidak ada Pipy, juga tidak ada Photy.

Namun Pily ingat janjinya pada Photy. Ia tidak akan terlarut lama dalam kesedihannya. Pily berusaha untuk tetap tersenyum dan mulai memandangi sekitarnya.

Hingga pada suatu malam, tiba-tiba seorang gadis berambut coklat memindahkannya. Gadis itu menempatkan Pily di dekatnya. Mulanya, Pily tidak merasa nyaman. Namun malam berganti malam, setiap kali Pily membuka mata, ia melihat gadis berambut coklat itu tersenyum padanya, menyapanya. Seolah mereka bisa berbicara satu sama lain.

Semakin lama, Pily merasa senang berada di dekatnya. Gadis berambut coklat itu baik dan menyenangkan. Walaupun Pily masih penasaran, mengapa gadis kecil itu terjaga di sepanjang malam? Bagaimana bisa… ayah atau ibunya tidak melarangnya keluar di tengah malam?

Tapi yang penting bagi Pily, ia sekarang tidak bersedih lagi. Seperti yang pernah dikatakan Photy, akhirnya ia punya teman baru lagi. Yaitu, gadis berambut coklat, yang setiap malam memegang pensil dan sebuah buku gambar, menemaninya.

Pily sadar tidak boleh terus bersedih karena mengingat teman-teman yang jauh. Ia bersyukur dengan keadaanya sekarang. Dengan itu, ia bisa merasa lebih baik dan senang. Pily juga percaya bahwa jika ia senantiasa bersyukur ia akan dapat keajaiban.

***
Satu malam, gadis berambut coklat menyapa Pily dengan riang.
“Hai, Bunga Putih. Terima kasih selalu menemaniku menggambar di setiap malam. Aku senang kau jadi temanku. Imbalannya, aku akan memberimu hadiah,” tutur gadis kecil itu.

“Taraaa… ini dia! Aku membawakanmu teman baru agar kau tak sedih jika aku tak ada lagi di sampingmu,”

Sebuah pot cantik berwarna kuning emas diletakkan di samping Pily. Tanaman cantik berdiri di atasnya. Pily menatapnya.Lalu tiba-tiba ia menjerit,

“Pipy…!”

“Pily…!”

Mereka bertemu, berpelukan, menangis, dan akhirnya tertawa bersama. Pily mendapatkan keajaibannya.

***
Seandainya bisa berbicara pada gadis berambut coklat itu, Pily ingin menyampaikan rasa terima kasih dan mencium pipinya. Namun, sudah beberapa malam Pily tidak lagi melihatnya.

“Kemana dia, ya, Pipy?” Pily penasaran bertanya.

“Maksudmu, gadis berambut coklat yang baik hati itu?” tanya Pipi meyakinkan.

“Tentu saja, siapa lagi…,”

“Gadis itu bernama Andrea. Mungkin ia memang tidak akan kembali, Pily. Kamu jangan sedih, ya!”

Pily heran mendengar jawaban Pipy.

“Maksud kamu, Py?”

“Aku mendengar ceritanya dari Pak Bhadra,” kata Pipy. “Andrea sakit. Ia harus tinggal di rumah sakit,”

“Sakit? Hmm, pasti karena ia sering keluar malam,” Pily menduga.

“Andrea memang hanya bisa keluar di malam hari, Pipy. Seperti kita, baru bisa bermain bebas saat malam mulai tiba,”jelas Pipy.

“Dia kan manusia. Andrea bisa keluar di siang hari kapanpun ia mau,”

“Tidak bisa, Pily. Ia tidak bisa terkena sinar matahari. Itu akan membuatnya sakit,”

“Andrea tidak terlihat seperti orang sakit. Ia selalu ceria,” Pily memastikan.

“Andrea itu gadis baik. Ia tidak banyak mengeluh dan selalu bersyukur. Makanya Andrea selalu terlihat senang,” jelas Pipy. “Aku mendengar itu dari papanya saat ia berkunjung ke ladang kita,” tambah Pipy. “Oh, ya, kau tau, Pily. Papanya memanggil Andrea juga dengan nama Putri Malam, seperti kita, hihi…”

Tak terasa Pily meneteskan air mata. Tiba-tiba ia teringat kebersamaannya dengan Andrea selama ini. Pily berdoa semoga ada keajaiban datang untuk Andrea.

“Jangan menangis lagi, Pily. Eh, lihat itu, ada banyak cahaya berkilauan di sana,” Pipy mengarahkan tangannya ke sebuah bukit.

Pily mengangkat wajahnya. Seketika ia tersenyum. Ia kembali terharu. Pily yakin itu adalah Photy bersama kelaurga dan teman-temannya.

Harapan Pily pun kembali terwujud.Malam itu, Pily dan Pipy, dua bunga Wijaya Kusuma, yang sedang merekah dan mewangi, bersama-sama menyaksikan pertunjukan cahaya kunang-kunang yang indah. Dalam hatinya, Pily berharap di suatu malam nanti ia akan menontonnya kembali bersama Pipy dan Andrea.

***

Fajar pun tiba, Pily dan Pipy bersiap-siap untuk istirahat. Mereka akan tertidur seharian dan kembali terbangun di tengah malam.
-Selesai-

Catatan penulis:
Nama Pily dan Pipy diambil dari nama ilmiah bunga Wijaya kusuma. Yaitu, Epiphyllum anguliger.

Bunga Wijaya Kusuma merupakan salah satu bunga istimewa karena hanya merekah saat malam hari. Oleh karena itu, bunga ini dijuluki sebagai Princess of the Night atau Queen of the Night. Saat mekar, bunga Wijaya Kusuma akan mengeluarkan bau wangi.

Photy diambil dari nama ilmiah kunang-kunang jenis Photinus. Spesies Photinus carolinus adalah jenis kunang-kunang yang bisa mengeluarkan cahaya serempak. Keberadaannya sekarang terancam punah.

Andrea, terinspirasi dari nama seorang gadis yang mengidap penyakit Xp atau xeroderma pigmentosum,yakni penyakit cacat herediter yang menyebabkan tubuhnya tak mampu memperbaiki kerusakan akibat sinar ultraviolet dari matahari. Andrea divonis mengidap penyakit ini sejak umurnya 5 tahun.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Naskah Bedah :

PUTRIMALAM (Hati-hati, Kak Mira. Ini ada ketukan Putri Malam. Jadi jangan baru judul sudah kurang pas)
Oleh: Mira Humaira

Namanya Pily dan Pipy.(Nama tidak usah mirip-mirip. Takutnya belibet). Mereka bersahabat sejak kecil. Keduanya cantik sekali. Mereka adalah bunga istimewa. Satu berwarna putih bersih, satu lagi berwarna merah cerah. Bisa kau tebak, yang mana Pily dan mana Pipy? (Tidak usah memberikan kalimat tanya pada pembaca. Langsung jelaskan saja. Misalnya Pily berwarna merah, dan Pipy berwarna putih.

Pily dan Pipy menghabiskan waktunya di sebuah ladang milik Pak Bhadra. Di sana,  mereka bermain, berdendang, dan menikmati alam di setiap malam. Ya, selalu malam karena mereka hanya bisa terbangun ketika langit berubah hitam.(Ini kalimat ambigu atau membingungkan pembaca. perjelas mereka terbangun saat malam hari. Soalnya langit berubah hitam bisa saja saat mendung.) Siang hari adalah waktu mereka terpejam. Oleh karena itu, orang-orang menyebut mereka sebagai putri-putri malam. (kalimatnya terlalu bertele-tele. jadi langsung saya disebutkan Pily dan Pipy ini bunga apa)

Pily dan Pipy saling menyayangi. Mereka bilang, mereka tak akan terpisahkan. Sampai kapan pun, Pily dan Pipy akan bermain bersama di ladang.Hingga pada suatu hari, di sore musim semi, Pak Bhadra membawa salah satu dari mereka pergi ke kota. Tentu Pily dan Pipy tidak menyadarinya karena mereka masih tertidur pulas.

***
Saat malam hari tiba.

 "Uaaaah…," Pily menggeliat. Ia mengucek kedua matanya. Memasang telinganya lebar-lebar.

Seketika Pily pun terperanjat, "Oh tidak, kenapa sepi sekali?” Tidak terdengar ramainya suara anak-anak bunga Wijaya Kusuma bertingkah-tingkah seperti biasanya.

Pily memandang sekitar. Ia tercengung. Bukan tempat biasanya. Semuanya berubah (ganti kata berubah (termasuk kalau ada kata dirubah).Dimana (Dipisah : di mana) aku? Oh, Pipy. Dimana Pipy? Pipy…!teriak (kurang ketukan : ! teriak) Pily panik. Matanya berkaca-kaca. Ia ketakutan.Pily kemudian menunduk. Ia menahan tangisannya agar tidak terdengar bising.

“Halo, apa kau baik-baik saja?”

“Hai, hai Bunga putih, kau tidak mendengarku?”

Pily tersentak. Teriakan nyaring memekakkan telinganya.

“Hei, jangan menggangguku…tolong pergi!” seru Pily panik. Ia berusaha mengusir makhluk kecil itu dengan kedua tangannya.

“Oh, tenang saja, wahai Bunga (huruf awalnya tidak harus kapital : bunga) putih! Aku tidak akan mengganggumu.”

Rupanya seekor kunang-kunang dengan kerlip cahaya hijau yang sedang menyapa Pily. “Aku Photinus. Kamu bisa panggil aku Photy. Kau siapa?”

“Pily. Namaku Pily.”

“Eh, kau menangis?”

“Aku tidak tahu kenapa aku di sini. Rumahku bukan di sini…,” ucap Pily sambil terisak-isak.

“Mungkin kau memang sudah tinggal di sini sekarang. Lihat, kau berdiri di pot yang indah. Pasti pemilikmu yang baru memberikannya khusus untukmu,” tutur Photy. “Kau terlihat bagus dengan pot itu, Pily!” tambah Photy mencoba menghibur.

Pily tidak mempedulikannya. Ia kembali diam. Kali ini, Pily menatap ke atas langit malam. Tapi tak lama kemudian, ia menangis lagi. Lebih kencang.

“Hiks… ini pesta bulan purnama dan aku di sini sendirian. Aku sedih. Aku ingin bertemu Pipy. Aku ingin pulaang ...!”

“Kau benar, Pily. Sekarang waktunya pesta bulan purnama. Jadi, kau tak pantas menangis. Hmm, coba lihat ke sana, Pily. Lihat!” Photy bersemangat menunjuk jauh ke arah bukit.

Saat itu juga mata Pily berbinar. Bibirnya tersenyum kecil. Ia menyeka air matanya. Menikmati pemandangan bagus di depan matanya.

“Indah sekali, Photy. Apa itu?”

“Mereka keluarga dan teman-temanku,” jawab Photy bangga. “Cantik, bukan? Kami sedang berkumpul dan cahaya kami bersinar serempak di malam ini.”

Pily masih meneteskan air mata, tapi kali ini ia menangis haru melihat keajaiban makhluk-makhluk kecil dengan cahaya yang dibawanya. Pily takjub melihat formasi cahaya yang tampak seperti gelombang aurora. Pily belum pernah menyaksikan ini sebelumnya. Dalam benaknya, Pily berharap bisa menonton kembali pertunjukan cahaya ini bersama Pipy.

***

Sejak saat itu, Pily selalu ditemani oleh Pothy. Di setiap malam, mereka tertawa dan bercerita satu sama lain. Pily pun lupa kesedihannya. Ia tidak merasa sendiri lagi. Pily sudah punya teman baru.
Namun tidak diduga, suatu malam, Pily dibuatnya sedih kembali.

“Maafkan aku, Pily. Waktunya kami harus tinggal menetap di bukit sana,” ucap Photy sambil berpamitan.

Pily mengangguk sedih. Namun bagaimana pun, ia tidak bisa menghalanginya. Pily peduli keselamatan temannya. Jika berkeliaran di dekat kota, Photy bisa terancam karena banyak manusia yang memburunya.

“Kamu janji ya, Pily. Jangan terlalu lama bersedih. Lihatlah sekitar! Kamu pasti akan punya teman baru lagi,” ucap Photy sambil pergi terbang dengan kerlip cahaya yang semakin lama tampak semakin meredup.

Tentu saja Pily tidak tahan menahan tangisnya. Ia sangat sedih. Tidak ada lagi teman bermain di malam hari. Tidak ada Pipy, juga tidak ada Photy.

Namun Pily ingat janjinya pada Photy. Ia tidak akan terlarut lama dalam kesedihannya. Pily berusaha untuk tetap tersenyum dan mulai memandangi sekitarnya.

Hingga pada suatu malam, tiba-tiba seorang gadis berambut  (Ini anak kecil atau seorang gadis? Kalau anak-anak, pakai : anak perempuan. Gadis itu usia 13-17) coklat (cokelat)memindahkannya. Gadis itu menempatkan Pily di dekatnya. Mulanya, Pily tidak merasa nyaman. Namun malam berganti malam, setiap kali Pily membuka mata, ia melihat gadis berambut coklat itu tersenyum padanya, menyapanya. Seolah mereka bisa berbicara satu sama lain.

Semakin lama, Pily merasa senang berada di dekatnya. Gadis berambut coklat itu baik dan menyenangkan. Walaupun Pily masih penasaran, mengapa gadis kecil (bisa sesekali dipakai gadis kecil itu) itu terjaga di sepanjang malam? Bagaimana bisa… ayah atau ibunya tidak melarangnya keluar di tengah malam? (Iya, ini memang jadi pertanyaan. Walau ada sebab, harusnya anak-anak tidak boleh keluar di tengah malam.)

Tapi yang penting bagi Pily, ia sekarang tidak bersedih lagi. Seperti yang pernah dikatakan Photy, akhirnya ia punya teman baru lagi. Yaitu, gadis berambut coklat, yang setiap malam memegang pensil dan sebuah buku gambar, menemaninya.

Pily sadar tidak boleh terus bersedih karena mengingat teman-teman yang jauh. Ia bersyukur dengan keadaanya sekarang. Dengan itu, ia bisa merasa lebih baik dan senang. Pily juga percaya bahwa jika ia senantiasa bersyukur ia akan dapat keajaiban. (Sebenarnya kalimat ini sudah mengisyaratkan ending karena konflik sudah selesai)

***

Satu malam, gadis berambut coklat menyapa Pily dengan riang.

“Hai, Bunga Putih. Terima kasih selalu menemaniku menggambar di setiap malam. Aku senang kau jadi temanku. Imbalannya, aku akan memberimu hadiah,” tutur gadis kecil itu.

“Taraaa… ini dia! Aku membawakanmu teman baru agar kau tak sedih jika aku tak ada lagi di sampingmu,”

Sebuah pot cantik berwarna kuning emas diletakkan di samping Pily. Tanaman cantik berdiri di atasnya. Pily menatapnya.Lalu tiba-tiba ia menjerit,
“Pipy…!”

“Pily…!”

Mereka bertemu, berpelukan, menangis, dan akhirnya tertawa bersama. Pily mendapatkan keajaibannya.

***
Seandainya bisa berbicara pada gadis berambut coklat itu, Pily ingin menyampaikan rasa terima kasih dan mencium pipinya. Namun, sudah beberapa malam Pily tidak lagi melihatnya.

Kemana  (ke mana) dia, ya, Pipy?” Pily penasaran bertanya.

“Maksudmu, gadis berambut coklat yang baik hati itu?” tanya Pipi (Typo : Pipy) meyakinkan.

“Tentu saja, siapa lagi…,”  (Tidak boleh pakai koma bila tidak ada keterangan ucapannya).

“Gadis itu bernama Andrea. Mungkin ia memang tidak akan kembali, Pily. Kamu jangan sedih, ya!”
Pily heran mendengar jawaban Pipy.  (Ini seolah-olah ucapan Pily. Jadi sesuaikan saja. Misalnya : cerita Pipy.

“Maksud kamu, Py?”

“Aku mendengar ceritanya dari Pak Bhadra,” kata Pipy. “Andrea sakit. Ia harus tinggal di rumah sakit,”  (tanda baca koma tidak pas)

“Sakit? Hmm, pasti karena ia sering keluar malam,” Pily menduga.

Andrea memang hanya bisa keluar di malam hari (bisa keluar di malam hari, tidak harus tengah malam, kak. Karena Andrea masih anak-anak) Pipy. Seperti kita, baru bisa bermain bebas saat malam mulai tiba,”jelas Pipy.

“Dia kan manusia. Andrea bisa keluar di siang hari kapanpun ia mau,”  (permak semua tanda baca koma).

“Tidak bisa, Pily. Ia tidak bisa terkena sinar matahari. Itu akan membuatnya sakit,” 

“Andrea tidak terlihat seperti orang sakit. Ia selalu ceria,” Pily memastikan.

“Andrea itu gadis baik. Ia tidak banyak mengeluh dan selalu bersyukur. Makanya Andrea selalu terlihat senang,” jelas Pipy. “Aku mendengar itu dari papanya saat ia berkunjung ke ladang kita,” tambah Pipy. “Oh, ya, kau tau, Pily. Papanya memanggil Andrea juga dengan nama Putri Malam, seperti kita, hihi…”

Tak terasa Pily meneteskan air mata. Tiba-tiba ia teringat kebersamaannya dengan Andrea selama ini. Pily berdoa semoga ada keajaiban datang untuk Andrea.

“Jangan menangis lagi, Pily. Eh, lihat itu, ada banyak cahaya berkilauan di sana,” Pipy mengarahkan tangannya ke sebuah bukit.

Pily mengangkat wajahnya. Seketika ia tersenyum. Ia kembali terharu. Pily yakin itu adalah Photy bersama kelaurga dan teman-temannya.

Harapan Pily pun kembali terwujud.Malam itu, Pily dan Pipy, dua bunga Wijaya Kusuma, yang sedang merekah dan mewangi, bersama-sama menyaksikan pertunjukan cahaya kunang-kunang yang indah. Dalam hatinya, Pily berharap di suatu malam nanti ia akan menontonnya kembali bersama Pipy dan Andrea.

***
Fajar pun tiba, Pily dan Pipy bersiap-siap untuk istirahat. Mereka akan tertidur seharian dan kembali terbangun di tengah malam. (sebenarnya kalimat ini tidak usah.)
-Selesai-

Catatan penulis:
Nama Pily dan Pipy diambil dari nama ilmiah bunga Wijaya kusuma. Yaitu, Epiphyllum anguliger.
Bunga Wijaya Kusuma merupakan salah satu bunga istimewa karena hanya merekah saat malam hari. Oleh karena itu, bunga ini dijuluki sebagai Princess of the Night atau Queen of the Night. Saat mekar, bunga Wijaya Kusuma akan mengeluarkan bau wangi.

Photy diambil dari nama ilmiah kunang-kunang jenis Photinus. Spesies Photinus carolinus adalah jenis kunang-kunang yang bisa mengeluarkan cahaya serempak. Keberadaannya sekarang terancam punah.

Andrea, terinspirasi dari nama seorang gadis yang mengidap penyakit Xp atau xeroderma pigmentosum,yakni penyakit cacat herediter yang menyebabkan tubuhnya tak mampu memperbaiki kerusakan akibat sinar ultraviolet dari matahari. Andrea divonis mengidap penyakit ini sejak umurnya 5 tahun.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan Kurcaci Pos :

Salam, Kak Mira.

Ide ceritanya bagus, Kak. Tentang bunga Wijaya Kusuma. Kakak juga mencoba menulis dari sudut bunga Wijaya Kusuma, yaitu si Pily. Namun soal penulisan nama bunga ini Kurcaci Pos juga belum pasti ya Kak. Soalnya ada yang menulis bersambung : Wijayakusuma, ada yang terpisah : Wijaya Kusuma.

Hanya pertama, yang harus Kak Mira perhatikan saat menulis cerita anak adalah ketentuannya atau syarat yang diminta, Kak. Misalnya kemarin Kurcaci Pos mintanya maksimal 750 kata saja. 

Nah, ini cerita Kak Mira sangat panjang. setelah Kurcaci Pos potong catatan dari kakak, masih tersisa 1208 kata. Jadi kalau misalnya Kakak kirim ke lomba atau ke media anak yang syaratnya maksimal hanya 750 kata, maka cerita Kakak ini langsung disisihkan, karena sudah tidak sesuai syarat.

Makanya cerita Kak Mira ini panjang melebar, namun isinya masih renggang. Padahal sebenarnya, intinya adalah Pily sedih dan kesepian karena berpisah dengan Pipy. Nah, setelah ada temannya si kunang-kunang, harusnya cerita itu sudah selesai. Tapi Kakak tambah lagi dengan alur lainnya.

Lanjut soal tokoh bunga Wijaya Kusuma. Menurut Kurcaci Pos, penerapan tokohnya tidak pas, Kak. Karena di cerita ini, Kakak menerapkan pada kembangnya, Kak. Padahal untuk tokoh bunga, itu sudah satu paket  pohon dan kembangnya. Misalnya Bunga Wijaya Kusuma. tanaman masuk kaktus, lalu bunga berwarna putih. Karena Pily dan Pipy itu ada karena memang ada tanamannya. Jadi bunga Wijaya Kusuma bisa hidup sepanjang hari, hanya bunga berkembang pada malam hari saja.

Apalagi saat saya browsing, bunga Wijaya Kusuma ini dalam satu tanaman, bunganya bisa banyak, kak. Walau misalnya ada yang hanya berbunga satu, tapi di cerita ini, Kak Mira tidak menjelaskan.

Biar lebih jelas, sama dengan pohon mangga ya, Kak. Saat pohon mangga jadi tokoh cerita, maka yang jadi tokoh adalahnya pohonnya, bukan buah mangga. Nah, kapan buah mangga itu sudah pisah dari pohonnya, maka dia boleh jadi satu tokoh.

Koreksi lainnya adalah Andra, Kak. Andrea itu tidak jelas penyakitnya apa? Lalu kalau memang tidak Andrea tidak bisa terkena sinar matahari, kan bisa keluar rumah pas malam saja. Tidak harus tengah malam. Terus bunga ijaya Kusuma juga sudah ditaruh di post. Jadi bisa dilihat di sekitar rumah.

Jadi cerita di atas bisa diefektifkan dan dipadatkan, Kak Mira. jadi openingnya, langsung saat Pily si bunga ijaya kusuma yang bunganya berarna hijau terjaga di pagi hari. Kok dia berada di tempat berbeda? Lalu masukan Pily sedih. Soal Pily bersahabat dengann Pipy, bisa dijelaskan secara flashback.

Misalnya ada kupu-kupu datang. Pily minta ditemani, tapi si kupu-kupu tidak bisa. Lalu ada hewan apa lagi? Sampai akhirnya, Pily semakin bete karena ternyata di situ ada anak usil. Pily sering dijahili.

Lalu anak itu kena penyakit.  Namun ternyata, dengan daun atau bunga yang dimiliki Pily, dia bisa menyembuhkan anak itu. Jadi eksplor manfaat bunga ijaya Kusuma, Kak, yang ternyata bisa juga menyembuhkan bisul dan penyakt lainnya. Jadi tidak sekedar bunga yang mekar aktu malam dan hanya bisa dilihat saja. Intinya, ide bunga ijaya Kusuma ini sangat bagus, Kak Mira. Jadi bisa lebih dieksplor.

Demikian catatan dari Kurcaci Pos, Kak. Terus semangat menulis, Kak Mira. Salam semangat menulis.










Subscribe to receive free email updates:

9 Responses to "Bedah Naskah Cerita Anak - Putri Malam"

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.