} Dongeng - Grody Si Pengkhayal - Rumah Kurcaci Pos

Dongeng - Grody Si Pengkhayal

Dongeng - Cerita Anak - Grody Si Pengkhayal - Grody Kurcaci suka sekali berkhayal. Ia selalu berkhayal membangun gedung dan rumah di desanya. Grody pernah berkhayal membangun rumah jamur 10 tingkat, membangun gedung sekolah yang bisa berputar, dan masih banyak lagi. Tentu saja banyak kurcaci lain menertawakan Grody. Mereka menganggap Grody seorang pembual.


Dimuat di Majalah Bobo


Tentu saja Grody sedih. Ia ingin sekali menghilang kebiasaan berkhayal itu. Tapi tetap tidak bisa. Setiap kali Grody melihat sesuatu, ia pasti langsung memikirkan sesuatu yang lain juga.

Seperti pagi ini. Grody berjalan menuju pasar. Ia hendak membeli setoples selai buah cerry kegemarannya. Saat melintasi lapangan rumput, Grody berhenti, lalu  asik memperhatikan anak-anak kurcaci yang sedang bermain bola.

“Ehm.. nanti aku akan membangun gedung olahraga di lapangan ini. Ada kolam renang, lapangan lari...” Grody mulai berkhayal sambil tangannya bergerak-gerak.

“Hahaha....” tiba-tiba terdengar  suara tawa.

Grody tersadar dan segera membalikkan badan. Tampak Roddy kurcaci sedang tertawa terpingkal-pingkal.

“Berhentilah berkhayal, Grody! Bila khayalanmu terlalu  banyak, kepalamu bisa pusing,” nasihat Roddy sambil berlalu.

Grody sedih sekali mendengar ucapan Roddy. Kenapa aku belum bisa menghilangkan kebiasaan burukku ini, gumam Grody sedih sambil berjalan menunduk menuju pasar.

Bruukkk... Grody menabrak kurcaci lain. Grody segera bangkit sambil mengelus kepalanya.
Eh, siapa kurcaci ini? tanya Grody dalam hati. Grody belum pernah melihat kurcaci itu. O iya, pasti kurcaci baru di desa ini, gumam Grody.

“Nama saya Rumon. Saya kebetulan melintasi di desa ini,” kurcaci itu memperkenalkan diri. “Kamu tidak apa-apa?”

“Grody menggelang. “Iya, saya baik-baik saja.”

“Tetapi, kenapa wajahmu terlihat sedih?”

Sebenarnya Grody paling enggan bercerita pada kurcaci yang tidak dikenalnya. Tapi entahlah, ia langsung saja bercerita semuanya. Rumon mengangguk mengerti.

“Kamu pasti menganggap aku seorang pembual,” keluh Grody.

Rumon tersenyum. “Tentu saja tidak. Kamu malah kurcaci pintar yang punya ide-ide cemerlang. Sayangnya...”

“Sayangnya kenapa?”

“Ide-idemu itu hanya  percuma, bila kamu tidak melaksanakan,” jawab Rumon.

“Maksudnya apa sih? Aku tidak mengerti,” Grody agak bingung.

“Aku kasih tahu caranya, ya!” Rumon membisikkan sesuatu ke telinga Grody.
Grody mengangguk mengerti.

Tiba-tiba muncul asap biru. Semakin lama semakin tebal mengelilingi Grody dan Rumon. Grody tidak bisa melihat sekelilingnya. Saat asap biru menghilang, Rumon sudah tidak ada.
“Rumon...Rumon...”

“Hei Grody, kenapa kamu berteriak-teriak!” tampak Melky berlari-lari menghampiri Grody.
“Aku mencari Rumon,” tukas Grody.

Kening Melky berkerut. “Rumon? Siapa dia? Aku belum pernah bertemu dengannya.”

“Entahlah, tadi aku bertemu dengannya,” Groody menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Makanya jangan suka berkhayal! Kamu pasti baru berkhayal bertemu kurcaci asing” Melky tertawa sambil meninggalkan Grody.

Groody termenung  memikirkan pertemuannya dengan Rumon itu. Ehm, mungkin tadi aku cuma berkhayal. Tetapi, nasihat Rumon bagus juga, gumam Groody sambil tersenyum.

Besoknya, Grody bangun pagi-pagi sekali. semalam ia sudah membereskan segala perbekalannya. Grody juga suka memcahkan celengannya.

“Kamu mau ke mana, Grody?” tanya Mordy, tetangga Grody, saat melihat Grody keluar rumah.

“Aku akan pergi ke kota, Mordy,” jawab Grody sambil menceritakan pertemuannya dengan Rumon pada Mordy. Kurcaci gendut itu tartawa terpingkal-pingkal.

“Groody, itu kan cuma khayalnmu saja.”

Kali ini Groody hanya tersenyum, lalu bergegas menuju kota.

Menjelang siang, Groody tiba di kota. Ia segera mencari  bangunan berwarna merah seperti kata Rumon. Ternyata tempat itu adalah sekolah arsitek. Bangunannya sangat bangus dan megah. Grody sampai terkagum-kagum melihatnya.

Dengan semangat Grody masuk ke dalam. Seorang kurcaci tua menyambutnya ramah. Grody segera menceritakan maksud kedatangannya.

“Betul, saya Pak Arlen, seorang arsitek. Hampir bangunan di kota kurcaci ini, saya yang merancangnya.”

“Bolehkah saya belajar pada Pak Arlen?” tanya Grody penuh harap.

“Tentu saja boleh,” jawaab Pak Arlen. Grody senang sekali. “Asalkan kamu bersungguh-sungguh belajar dan selalu bersemangat.”

“Aku bersemangat, Pak!” jawab Grody.

Kemudian Grody belajar pada Pak Arlen. Mulai dari merencanakan sebuah banguan, menggambar bangunan gedung, sampai bahan-bahan bangunan yang pas. Grody membuktikan ucapannya. Ia belajar sungguh-sungguh. Pak Arlen sangat seang sekali.

Genap tiga tahun, Groody sudah selesai belajar. Grody pun pulang ke desanya. Ia segera membangun semua yang pernah ia khayalkan. Groody pun jadi arsitek terkenal.

“Kamu hebat sekali Grody,” puji Melky kagum sambil terus menatap lapangan olahraga yang dulu bekas tanah kosong, kini sudah berubah menjadi kompleks olahraga.

“Itu semua karena khayalanku, Melky!” jawb Grody. “ Kata Pak Arlen , semua berawal dari mimpi dan kita harus terus berusaha mewujudkan mimpi kita.”

Melky mengangguk setuju.

Walau begitu  Grody tetap penasaran, siapa sebenarnya Rumon itu? Bila bertemu lagi, Grody ingin mengucapkan terima kasih.

Bambang Irwanto 

Subscribe to receive free email updates: