} Bunga-Bunga Bu Pillo - Rumah Kurcaci Pos

Bunga-Bunga Bu Pillo

Dongeng - Bunga-Bunga Bu Pillo - Dari kejauhan, Mila Kurcaci melihat Racci kurcaci berjalan kesal. Wajahnya cemberut. Keranjang rotan di tangannya berguncang-guncang.

Dimuat di majalah Bobo


“Kamu kenapa Racci?” tanya Mila. Tidak biasanya temannya seperti itu.

Racci memajukan bibirnya. “Aku kesal pada Bu Pillo, Mila!”

“Ah, kenapa? Bu Pillo kan baik?” kening Mila berkerut.

“Kata siapa? Aku baru saja dimarahi, saat memetik bunga-bunga liar di halaman belakang rumahnya. Padahal bunga-bunga liar ini juga kadang dibuang Bu Pillo, karena banyak,” cerita Racci. Bibirnya semakin maju saja.

Kening Mila berkerut. “Masa? Aku tidak pernah dimarahi. Aku setiap hari juga memetik bunga liar di halaman belakang Bu Pillo," tukas Mila.

“Apa rahasia?” tanya Racci keheranan.

Mila mengeleng. “Tidak ada. Pasti kamu berbuat kesalahan, sehingga Bu Pillo menegurmu,” duga Mila.

“Tidak kok,” Tukas Racci. “Kamu tidak percaya padaku, ya?”

“Biasanya aku begitu. Bu Pillo selalu baik padaku,” kata Mila

“Baiklah, besok kita buktikan saja. Kamu memetik bunga-bunga liar nanti aku mengawasimu dari jauh,” usul Racci.

“Oke,” Mila setuju

Besoknya, Mila dan Racci berjalan bersama menuju rumah Bu Pillo. Saat hampir dekat, Mila bersembunyi di balik sebatang pohon. Sedangkan Racci masuk ke halaman belakang rumah Bu Pillo yang luas

Mila melihat Racci membuka pintu belakang, lalu masuk. Racci segera memetik bunga-bunga liar yang tumbuh di antara tanaman bawang Bu Pillo. Setelah keranjangnya penuh, Racci bergegas keluar. Tatapi, tiba-tiba tampak Bu Pillo keluar rumah.

“Racci..”
Mila mendengar Bu Pillo memanggil Racci. Tampak pelan-pelan menghampiri Bu Pillo.

“Sepertinya Bu Pillo memberi nasihat pada Racci,” gumam Mila sambil terus mengawasi Racci. Tidak lama, Racci menghampiri Mila. Wajahnya cemberut.

“Kamu lihat, kan. Aku ditegur lagi Bu Pillo,” kata Racci sambil menjatuhkan keranjang bunganya ke tanah.

Mila tersenyum. “Kini aku tahu kesalahanmu. Pantas saja Bu Pillo kurang suka,” kata Mila sambil tersenyum misterius.

“Apa?” kening Racci berkerut.

“Sekarang giliranku, ya! Kamu perhatikan baik-baik,” kata Mila lalu melangkah menuju rumah Bu Pillo.

Mila membuka pintu pagar, lalu mengetuk pintu rumah Bu Pillo. Tampak Bu Pillo keluar rumah.

“Selamat saiang, Bu Pillo. Bolehkah aku memetik bunga-bunga liar?”

“Selamat siang, Mila. Petik saja sesukamu Mila,” Kata Bu Pillo.

“Terima kasih, Bu Pillo."

Mila lalu membuka sepatunya. Pelan-pelan, ia berjalan di antara tanaman bawang Bu Pillo. Agar jangan ada yang terinjak. Lalu dengan hati-hati, Mila memetik bunga-bunga liar.

Lima menit kemudian, keranjang Mila sudah penuh dengan bunga liar berwarna-warni. Dengan hati-hati, Mila berjalan meninggalkan kebun bawang Bu Pillo.
Mila lalu kembali mengetuk pintu rumah Bu Pillo.

“Terima kasih, Bu Pillo!"

“Sama-sama, Mila. Ini, kemarin saya memanen bawang. Bawalah untukmu.”

“Oh, terima kasih, Bu Pillo,” kata Mila

Mila melangkah riang menghampiri Racci yang masih menunggunya di balik pohon.

“Kamu lihat kan, aku tidak dimarahi Bu Pillo. Bu Pillo malah memberiku bawang,” Mila memperlihatkan isi keranjangnya pada Racci

Racci terbelalak. “Wah, kamu hebat. Kini aku tahu kesalahanku. Ternyata aku tidak pernah izin saat masuk memetik bunga. Aku juga sering merusak tanaman bawang Bu Pillo,” kata Racci.

Mila mengangguk. “Ya, kita harus menghargai Bu Pillo pemilik rumah. Bila kita sopan, Bu Pillo akan senang mengizinkan kita memetik bunga-bunga liar di halaman rumahnya.”

Racci mengangguk mengerti. “Aku harus segera minta maaf pada Bu Pillo.”

“Sebaiknya sekarang saja. Mungkin saja panen bawang Bu Pillo masih banyak,” canda Mila.

Racci tertawa, kemudian melangkah riang menuju rumah Bu Pillo.

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates: